Langsung ke konten utama

Debut Buruk Van Gaal di MU

MATCHDAY pertama Barclays Premier League telah selesai berlangsung. Keduapuluh peserta telah mendapatkan hasil akhir pertandingan masing-masing. Ada yang tertawa, diam, atau kecewa. Semua terlihat karena ada beberapa pertandingan yang berakhir dengan kemenangan, kekalahan maupun sekedar memperoleh hasil imbang.

“PENYAKIT” LAMA VAN GAAL

Laga pembuka BPL musim 2014/2015 mempersembahkan duel antara tuan rumah Manchester United melawan Swansea City.

Pertandingan yang dilaksanakan di kandang “Setan Merah” Old Trafford diprediksi akan dimenangkan oleh tim asuhan Louis van Gaal. Alih-alih memenangkan pertandingan, The Red Devils justru takluk 1-2.

Hasil ini jelas mengejutkan banyak pihak. Bagaimana tidak, performa Wayne Rooney cs. selama pramusim sungguh mengesankan. Ikut serta dalam turnamen kecil berjuluk International Champions Cup, MU berhasil menjadi juara. 

Peserta di kompetisi tersebut bukan sembarangan. 

Setidaknya ada tujuh klub teras eropa lainnya yang ikut serta, seperti Liverpool, Manchester City, AC Milan, AS Roma, Inter Milan, Real Madrid, dan Olimpiakos. MU berhasil mengandaskan runner-up BPL musim lalu, Liverpool di partai final.

Kemenangan itu jelas membangkitkan semangat seluruh punggawa Setan Merah, tak terkecuali mungkin juga para fans di seluruh dunia. Meski hanya turnamen pra-musim, tapi jelas mengikiskan “luka” musim lalu. 

Musim lalu, MU ketika masih ditangani David Moyes mengalami periode buruk. MU gagal lolos ke zona Liga Champions dan hanya finis di peringkat tujuh. Padahal sebelum ditangani Moyes, MU selalu finis minimal posisi ketiga klasemen sejak musim 1992/1993. Jelas hal itu merupakan aib besar dalam sejarah MU.

Selain kemenangan di International Champions Cup itu, MU juga telah memperbaiki skuatnya musim ini. Sang kapten, Nemanja Vidic telah memutuskan hengkang Inter Milan sebelum musim lalu berakhir. 

Bek veteran lainnya, Rio Ferdinand juga telah memutuskan hengkang ke QPR karena faktor usia dan kemampuan yang dianggap sudah menurun. Patrice Evra, sang pemain wing back asal Prancis, juga telah berlabuh ke raksasa Italia, Juventus. 

Kepergian Evra, langsung direspon dengan membeli pemain muda potensial dari Southampton, Luke Shaw. Shaw diharapkan langsung dapat mengisi posisi yang ditinggalkan Evra. Sedangkan untuk posisi Rio Ferdinand dan Vidic, MU masih memiliki stok bek tengah seperti Phil Jones, Chris Smalling, ataupun Johny Evans.

Untuk mengatasi masalah kreasi serangan, MU juga telah mendatangkan Ander Herrera dari Athletic Bilbao. Herrera diproyeksikan menjadi pengatur serangan, setelah Shinji Kagawa belum juga mampu menunjukkan performa terbaiknya. Bersama Juan Mata, Herrera diharapkan mampu memberikan kreasi serangan yang semakin mengerikan. Hasilnya terlihat manjur saat tur pramusim ini.

Tapi apa mau dikata. Anda pasti pernah mendengar pepatah lama, “Bola itu bundar”. Kita tidak akan pernah mampu memprediksi kemana arah permukaan bola bergulir. Sebelum pertandingan antara MU dan Swansea berlangsung, semua media memprediksi kemenangan untuk tim tuan rumah.

Fakta di atas kertas semakin memperkuat prediksi itu. Manajer Swansea City, Garry Monk adalah sosok yang baru diangkat menjadi manajer utama per Februari 2014. The Swan - julukan Swansea City -  merupakan tim profesional pertama selama karir kepelatihannya. 

Bandingkan dengan Louis van Gaal. Profil kepelatihan manajer asal Belanda jelas sangat jomplang jika dibandingkan milik Monk. Sebelum bersama MU, Van Gaal telah mencicipi berbagai tantangan di liga-liga besar eropa. Ia pun telah berpengalaman mengasuh tim raksasa macam Barcelona dan Bayern Munchen maupun merubah “tim menengah” menjadi juara. Seperti saat ia melatih AZ Alkmaar. AZ Alkmaar mampu memutuskan dominasi Ajax Amsterdam di Liga Belanda.

Tapi apa daya, satu gol dari Wayne Rooney tetap gagal membawa MU menjuarai laga pembuka kompetisi di kandangnya sendiri. Hal itu juga menjadi aib baru karena MU tak pernah gagal di laga perdana yang digelar di kandangnya sendiri dalam 42 tahun terakhir. Terakhir kali MU gagal di laga perdana di kandang sendiri pada musim 1972/1973.

Sebelum melatih MU, Van Gaal telah dikenal memiliki momen buruk dengan laga perdana. Saat melatih Ajax Amsterdam dan Bayern Munchen, Van Gaal juga gagal memperoleh poin penuh di laga pembuka. Meski pada akhir musim mampu memperoleh gelar, tetapi jika ingin sukses di BPL, jelas ia butuh start bagus di sejak awal musim.

Selain itu, hasil pertandingan lain mungkin juga akan mempengaruhi mental para pemain MU. Para penghuni Big Five mampu memperoleh poin maksimal. Arsenal, Manchester City, Liverpool dan Chelsea mampu mengandaskan perjuangan lawan-lawannya. Hal ini pelak menjadi cambuk bagi para pemain MU dan Van Gaal sendiri. Ketika para kompetitornya tertawa, Van Gaal mesti mencari jalan untuk menaklukkan kelemahan timnya.

Partai pekan kedua melawan tuan rumah Sunderland menjadi ajang pembuktian mentalitas skuat asuhan Van Gaal. Mampukah sang “Jenderal Tulip” mengobarkan semangat kemenangan di jiwa pasukannya?

Komentar

Postingan populer dari blog ini