Langsung ke konten utama

Obituari Pak Eko

TERAKHIR kami berdua bertemu kira-kira sejak enam bulan yang lalu. Saat itu saya masih menjadi asisten di Unit Pelayanan Psikologi. Memang sudah sekian lama. Tetapi, hari ini, Senin (15/9), kabar mengagetkan itu sampai ke telinga saya. Pak Eko Setyo Pratomo, S.Psi., M.Si., telah dipanggil Yang Maha Kuasa ke pangkuan-Nya.

Beliau adalah seorang dosen fakultas psikologi di kampus saya dulu. Saya masih ingat betul gaya mengajar beliau. Gayanya terkesan santai dan gaya bicaranya blak-blakan. Ditambah postur tubuhnya yang tinggi besar dengan gaya rambut, yang terkadang, terlihat awut-awutan. Seperti rambut Einstein, tapi versi sedang. Mungkin gayanya itu terpengaruh juga oleh background ilmunya yang condong ke psikologi industri organisasi dan juga sosial. Orang-orang di “kedua dunia” itu cenderung memiliki gaya yang demikian. Asertif dan lugas.

Mata kuliah terakhir yang saya ikuti saat diampu oleh beliau adalah Seminar Psikologi Industri dan Organisasi. Salah satu mata kuliah wajib sebelum mengambil skripsi secara penuh. Pembahasan yang diajarkan mencangkup tata tulis, persiapan bab satu hingga tiga. Sifatnya seperti draft skripsi, sebelum menjadi skripsi yang sebenarnya kelak.

Setiap pertemuan lebih banyak diisi dengan sesi presentasi. Masing-masing mahasiswa dipersilahkan untuk mempresentasikan gambaran penelitian yang akan dipakainya kelak. Sedangkan “tugas” Pak Eko memberikan kritik dan masukan.

Bobot mata kuliah hanya 2 Sistem Kredit Semester (SKS). Pak Eko yang termasuk jajaran dosen favorit, menjadikan kelasnya tetap banyak peminat. Banyaknya mahasiswa, isi kuliah yang banyak sesi presentasi, ditambah pak Eko-yang menurut saya-cenderung santai, membuat sesi kuliah cenderung diremehkan oleh  beberapa mahasiswa. Meski begitu, beliau tetap fokus dan mengapresiasi terhadap para mahasiswa yang benar-benar menunjukkan kesungguhannya dalam setiap presentasi.

Selain di ruang kelas, salah satu perilaku beliau yang teringat adalah sikapnya yang mudah beradaptasi. Pernah saya mendengar cerita dari seorang kawan, yang kebetulan kawan saya itu mendapatkan dosen pembimbing Pak Eko.

“Mas, sama Pak Eko tuh enak kalo bimbingan. Pernah aku mau bimbingan dan aku sms beliau,” kata kawan saya. Ia melanjutkan ceritanya, “Waktu itu jam enam pagi, dan beliau langsung membalas, ayo bimbingan di burjo-an,”

Bagi pembaca yang kebetulan belum pernah mengenyam pendidikan di Yogyakarta, pasti belum tahu apa itu warung burjo. Nama “Burjo” itu sendiri berasal dari kepanjangan “Bubur Kacang Ijo”. Selain menjual burjo, juga ada nasi (dengan) telur, sarden, indomie, hingga minuman ringan, seperti kopi, teh, dan susu. Harganya pun terjangkau bagi kantung mahasiswa. Jadi warung burjo itu benar-benar membantu di tanggal tua. He..he..

Mari kita kembali ke Pak Eko. Setelah saya mendengar cerita kawan saya itu, saya pun kaget. Bimbingan skripsi kog di warung burjo. Di UAD mungkin hanya pak Eko seorang yang punya pikiran seperti itu.

Selain tempat bimbingan yang bisa dimana saja, beliau juga mudah dekat dengan para mahasiswa. Terutama mahasiswa angkatan “veteran”. Semakin “veteran” semakin lekat. He..he..

Selain menjadi dosen, beliau juga pernah menjadi penanggung jawab Unit Kegiatan Mahasiswa MADAPALA UAD. UKM MADAPALA banyak bergerak di ranah pecinta alam. Mendengar pecinta alam, pastilah terbayang di benak, isinya para sekumpulan manusia yang mencintai alam, bahkan karena merasa cinta dengan alam, menjalar dengan rasa “sangat cinta” ke kampusnya. Jadi klop lah, jika Pak Eko menjadi pembimbing UKM itu.

Saya kagum terhadap “kelumeran” sikap beliau. Begitu mudah masuk ke zona orang lain, tanpa membuat orang tersebut merasa terganggu. Selain itu, terlihat tak ada tembok pemisah, antara status sebagai dosen dengan status sebagai seorang kawan bagi mahasiswa. Semuanya berjalan secara “halus”.

Beliau mungkin sudah tiada saat ini. Tetapi rekam jejak beliau di benak para mahasiswanya tetap terjaga. Nilai hidup yang mungkin dapat diambil dari beliau, menurut saya, adalah “ Mudahlah berbaur”. Itu mungkin hanya sebatas pikiran saya, karena saya belum pernah mengkonfirmasi pernyataan tersebut.

Saya mendengar kabar dari seorang kawan, bahwa beliau terkena serangan stroke sejak satu bulan yang lalu. Mendengar beliau terkena stroke pun, saya juga kaget. Karena selama ini kami, para mahasiswanya, melihat beliau selalu aktif. Meski tak jarang saya melihat beliau merokok.

Kini, selamat jalan Pak Eko. Perjalanan kehidupan di dunia ini hanya sebatas mencari bekal untuk kehidupan selanjutnya. Semoga Bapak telah siap dengan bekal di kehidupan yang lalu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini