Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2012

Antara Kharis Suhud, Try Sutrisno, dan AM Fatwa

Di tengah suasana Idul Fitri 1433 Hijriah, Senin (20/8), mantan Wakil Presiden Try Sutrisno dan anggota Dewan Perwakilan Daerah, AM Fatwa, hadir di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta. Mereka menghadiri pemakaman Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat periode 1987-1992 Kharis Suhud yang meninggal karena sakit. Siang itu, Try dan Fatwa duduk berdampingan di deretan paling depan kursi pelayat. Baju mereka juga sama, batik dengan warna dasar hijau. Bedanya, Try memakai batik lengan panjang, sedangkan Fatwa mengenakan batik lengan pendek. Kharis, Try, dan Fatwa saling berhubungan. Fatwa mengaku sebagai anggota legislatif sering menerima masukan dari Kharis yang hingga saat-saat akhir hidupnya masih sering berkunjung ke kompleks parlemen. Kharis yang terakhir berpangkat letnan jenderal purnawirawan itu adalah senior Try di TNI. Saat Kharis menjadi ketua parlemen, Try Sutrisno menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) dan kemudian Panglima TNI pada 1988-1

Anderson, eh Andesron

Daily Mail Laga perdana Manchester United kontra Everton akhir pekan lalu menyisakan kisah unik. Selain kekalahan 0-1 atas Everton, The Red Devils (julukan MU) juga menuai malu. Rasa malu itu terutama dirasakan oleh gelandang Anderson karena kesalahan print nama punggungnya. Kejadian itu terjadi ketika gelandang asal Brazil itu menggantikan Tom Cleverley di lima menit menjelang bubaran. Nama di punggung yang seharusnya "Anderson", justru tercetak "Andesron". Kontan saja semua bertanya-tanya, apakah Anderson mengganti nama menjadi Andesron, atau pemilik nomor punggung delapan itu memang Andesron? Pihak Manchester United memang menyatakan hal tersebut sebagai kesalahan cetak. Hal ini bukanlah pertama kali yang terjadi oleh United. Bintang sekelas David Beckham pun pernah merasakannya. Tepatnya saat Charity Shield 1997 di Stadion Wembley. Kala itu nama punggungnya menjadi "Beckam". Juga Ole Gunnar Solskjaer yang ditulis "Solksjaer" pada 2

LEBARAN

Lebaran adalah ketupat dan permintaan maaf. Ada unsur perut, tentu, tapi sekaligus juga unsur yang tidak hanya perut. Dan tentu saja tidak hanya perutku sendiri. Permintaan maaf adalah sebuah isyarat yang mengakui: saya salah. Saya salah dalam bersikap terhadap dan berbicara tentang orang lain, tentang keadaan di luar diri saya, tentang dunia yang tak termasuk kesadaran saya. Permintaan maaf adalah   sebuah pengakuan bahwa orang selalu hidup dengan tafsir, dalam tafsir, dan karena tafsir. Tak ada kenyataan   yang terkena tafsir. Tak ada fakta yang tak terpoles, tak diwarnai, sikap seseorang dan masyarakatnya dalam membaca kenyataan atau fakta itu. Dan tidak tiap tafsir dapat dikomunikasikan dengan sempurna ke orang lain, karena orang lain itu juga punya polesannya sendiri. Itu sebabnya, pemahaman penuh dan kesepakatan adalah sebuah utopia. Kesadaran tentang ini tak serta merta akan berakhir dengan putus asa. Ia bahkan sesuatu yang mendorong kita untuk berusaha-me