Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2012

Wenger Tertekan

Oleh: Richard Aikman*/Tabloid Soccer/25 Februari 2012 HANYA dalam tempo satu pekan, suasana yang terjadi di kubu Arsenal berubah 180 derajat. Keceriaan setelah berhasil mengambil alih posisi keempat klasemen dari Chelsea pada pekan sebelumnya, seolah sirna Cuma dalam rentang empat hari. Kekalahan telak dari AC Milan pada laga pertama babak 16-besar Liga Champions plus disingkirkan Sunderland di ajang Piala FA menjadi dasarnya. Paling menyakitkan tentu saja saat dibantai 0-4 oleh Milan. Itulah kekalahan terbesar The Gunners di ajang Liga Champions. Arsene Wenger yang biasanya selalu berdalih dengan menyudutkan faktor eksternal usai mendapatkan kekalahan telak, terlihat begitu terpukul. “Ini adalah malam yang takkan pernah terlupakan,” ungkap Wenger usai timnya kalah di San Siro. “Ini adalah performa terburuk kami di kompetisi Eropa. Kami dihukum dan pantas mendapatkan kekalahan ini. Saya merasa pemain tidak benar-benar bermain. Kami sangat buruk dalam bertahan dan menyerang. S

Semua Ada Di Pikiran

Oleh: Susi Campanale*/Tabloid Soccer/18 Februari 2012 Pernyataan pelatih novara, Emiliano Mondonico, sangat menarik. Demikian perkataan yang meluncur dari mulutnya, “Kami seharusnya tidak boleh malu terhadap catenaccio.” Mondonico tidak membual. Benteng ketat tim asuhannya mampu menghadirkan kemenangan 1-0 atas Inter Milan di Stadion Giuseppe Meazza (12/2). Kebetulan, kekalahan dari Novara pada paruh pertama pula yang membuat Gian Piero Gasperini turun dari kursi pelatih I Nerazzurri. Jadi, sistem tiga bek tidak bisa menjadi kambing hitam. Inter tengah butuh pelatih mental, seorang psikolog olahraga yang bisa menangani tim bertekanan tinggi. Sungguh menyesakkan melihat tujuh kemenangan beruntun yang sempat mengembalikan ke trek juara sia-sia belaka. Empat laga terakhir di Serie-A, pasukan asuhan Claudio Ranieri hanya meraih satu poin. Perubahan begitu drastis. Penyebabnya ada dua kemungkinan. Inter sanggup bangkit karena antusiasme yang menggelora. Tapi, mereka juga rapuh ka

Kalau Bukan Nasi, Enaknya Makan Apa?

Beberapa waktu lalu, Pemerintah pernah melakukan kebijakan impor beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Menurut Koran Kompas, sekitar 2-3 bulan yang lalu yang kebetulan saya baca, kebutuhan rakyat Indonesia akan beras merupakan yang tertinggi (kalau tidak salah) se-Asia Tenggara. Lagi, menurut data Kementerian Pertanian (Mentan) kebutuhan akan beras Indonesia bisa mencapai 139 kg per kapita per tahun. Kebijakan Impor beras tersebut memang mungkin menurut sebagian orang sangat mengagetkan karena kita masih beranggapan bahwa Indonesia "belum pantas" untuk mengimpor beras. Rakyat, termasuk saya, masih banyak yang menilai Indonesia seharusnya surplus beras, namun ternyata kenyataannya tidak. Hal itu diperparah dengan semakin menyusutnya lahan produktif untuk pertanian. Tentang kurangnya lahan pertanian, menurut Kompas.com, Di Sukoharjo, Jawa Tengah, Harno, petani, menuturkan pembelian lahan petani sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu. Ia mengungkapkan, lahan miliknya