Langsung ke konten utama

Masa Depan Sejak Kini




Handphone masih diam. Tak ada pesan masuk satupun kecuali dari operator seluler yang tetap setia mengirimkan pesan broadcast. Saya menunggu satu pesan masuk. Yang semestinya sudah datang sejak siang tadi. Tapi hingga larut malam kini, pesan itu belum juga muncul.

Datangnya pesan itu jelas suatu hal penting bagi saya. Karena untuk mengetahui kepastian isi pesan itu pun, saya telah mempersiapkan segala sesuatunya jauh-jauh hari. Meski saya tetap menyadari, resiko kegagalan itu tetaplah ada.

Kini, pesan itu tetaplah belum datang. Mungkin hanya menjadi kotak pesan kosong di handphone saya. Bayang-bayang ketidakberhasilan pun menggelayut dalam benak. Meski saya sudah kerap merasakan, tapi sungguh ini bukan perasaan yang enak untuk dirasakan.

Betapa tidak enaknya, pikiran saya menerawang jauh. Bagaimana kalau posisi pemberi pesan itu adalah anak-anakku kelak? Bagaimana jika mereka akan memperlakukan seseorang yang ingin berkenalan dengannya, tapi menyikapinya secara tidak mengenakkan? Seperti yang saya rasakan saat ini?

Ini adalah sebuah pesan

History repeats itself. Saya meyakini suatu kejadian di masa lalu ada kemungkinan berulang. Jelas saya bukan Yang Maha Kuasa untuk mengatur itu. Bukan..bukan maksud saya demikian... Saya hanyalah mengamati peristiwa yang kerap berputar. Saya teringat tulisan dari sebuah karya seorang penulis di negeri ini, bunyinya demikian, “Ada dua tipe manusia dalam melihat peristiwa yang berulang. Pertama, seorang peneliti, melihat peristiwa tersebut untuk mencari pola. Kedua, seorang yang beriman, melihat peristiwa tersebut untuk bertafakur atas kekuasaan Sang Maha Pencipta dan Pengatur.

Jadi saya hanya ingin berbagi untuk my future son and daughter atas apa yang telah terjadi saat ini. Semoga mereka tidak mengulang perilaku ini terhadap orang-orang di lingkungannya kelak. Kenapa harus saya tuliskan sekarang? Tulisan ini bisa saja menjadi sebuah pengingat ketika kelak saya telah menjadi seorang ayah. Seorang ayah yang ingin menjadikan anak-anaknya lebih baik dari dirinya.

For my future son...

Untuk anakku bila ia seorang laki-laki. Mungkin ia akan mewarisi sifat pemalu ayahnya. Yang punya perasaan minder atas hal yang bahkan ia tidak tahu kenapa ia harus minder. Memiliki badan tinggi dan mungkin juga kurus. Berkacamata dan suka menghabiskan waktunya untuk membaca.

Tolong, janganlah engkau menjadi pemalu. Yakinlah pada dirimu sendiri. Dimana keyakinan itu akan menumbuhkan suatu kekuatan yang datangnya dari dalam diri. Apabila ia juga punya kesukaan akan hal-hal membaca, janganlah engkau habiskan waktumu untuk membaca terlalu banyak. Segala peristiwa di dunia ini, seperti perang di negara-negara kawasan timur tengah, kediktatoran Korea Utara yang mungkin saja tetap berlangsung, hingga urusan pengungsi di Eropa bisa saja tetap terjadi.

Luangkan waktumu untuk banyak berteman. One Millon Friends, Zero Enemies bisa jadi moto hidupmu. Dengan berteman, ilmu mu akan lebih berkembang ketimbang hanya membaca buku. Tapi pilihlah kawan-kawan yang dapat mendorongmu ke arah kebaikan.

Sebagai laki-laki... Janganlah engkau permainkan perasaan perempuan. Ingatlah selalu, laki-laki dianugerahi oleh Allah SWT dengan kekuatan fisiknya, sedangkan perempuan dianugerahi dengan kekuatan hatinya. Maka jagalah selalu hati mereka. Meski untuk hal itu, engkau harus melewati berbagai macam perilaku yang membuatmu tak enak hati.

Berpikirlah jauh-jauh sebelum menjalin suatu hubungan. Buatlah visi lima tahun. Mau dibawa kemana hubungan itu jika tetap berlanjut. Jika engkau gagal membuatnya, janganlah engkau berani menyatakan perasaan pada seorang perempuan. Mungkin akan susah untuk melaksanakannya. Ayahmu ini juga cukup kesulitan. Tapi kesulitan itu tetap bisa diatasi kan?

Oh iya... ingatlah penampilan. Memang sulit jika engkau benar-benar seperti ayahmu ini. Tinggi, kurus, berkacamata, rambut lepek, ditambah dengan filosofi hidup seperti itu, banyak perempuan akan memalingkan muka darimu. Siaplah akan hal itu. Nenekmu, pernah mengatakan ke ayahmu ini, kalau kebanyakan perempuan itu lebih tertarik ke sosok lelaki yang sedikit “bad boy”. Ayahmu ini jelas tidak akan bisa membuatmu menjadi “bad boy”, karena kalau ada yang baik, kenapa harus menjadi buruk? Perempuan itu banyak, maka carilah yang benar-benar membutuhkan seorang lelaki yang bertanggungjawab, bukan yang “bad boy” macam itu.

Kamu tidak perlu merokok, baju tidak rapi, rambut acak-acakan atau hingga di cat warna hanya untuk mencari perhatian perempuan. Ingatlah selalu, “perempuan yang baik, untuk lelaki yang baik. Begitu pun sebaliknya”. Jadi pantaskan dirimu untuk mendapatkan perempuan yang baik. Perempuan baik itu cukuplah dilihat dari agamanya dan kesantunannya. Jika agamanya baik, ia akan paham posisinya sebagai seorang istri dan kesantunan akan membawa suasana rumah jadi menyenangkan.

Jika kamu merasakan penolakan dari perempuan-perempuan itu, janganlah marah atau benci. Yakinlah hal itu hanyalah suatu ujian kebatinan bagimu. Untuk membentukmu sebagai lelaki yang paham bagaimana menghargai perempuan yang kelak menjadi mendampingimu, karena engkau tahu betapa sulitnya mendapatkannya. Seorang perempuan yang dengan keikhlasannya mempercayakan dirimu untuk membimbingnya dalam suatu ikatan keluarga.

Perbanyaklah sholat jamaah di masjid, puasa senin-kamis, sholat dhuha dan tahajjud. Semoga ayahmu ini kelak tetap memberikan contoh yang baik bagimu.

For my future daughter...

Untuk anakku bila ia seorang perempuan. Mungkin ia akan memiliki sifat yang tidak jauh dari ibunya. Saya tidak bisa membayangkan sekarang, karena sampai saat ini kandidat jodoh saya saja belum jelas. Tapi saya berharap perempuan yang kelak akan menjadi ibumu itu, adalah perempuan yang baik agama, budi, dan lisannya. Ia akan menjadi ibumu yang menyenangkan.

Jadilah seorang perempuan yang berpendirian kuat. Tapi tetaplah pada kodratmu sebagai perempuan. Memiliki pengetahuan dan keterbukaan pikiran yang luas, dan ramahlah...

Seorang laki-laki itu tertarik pada perempuan yang anggun kepribadiannya. Bukan pada perempuan yang hanya menonjolkan sisi fisiknya. Tapi engkau juga harus memperhatikan penampilanmu. Jadilah perempuan yang anggun secara fisik dan mempesona secara perilaku.

Jagalah ucapan yang keluar dari mulutmu. Tahu kenapa? Karena perkataan adalah cerminan dari pikiran dan nilai dirimu.
Mengenai perasaan. Mungkin engkau akan mengenal berbagai macam lelaki. Ingatlah engkau jangan terlalu tergantung kepada lelaki. Pilihlah lelaki itu secara mendalam. Lihat latarbelakangnya, jangan terlalu percaya pada perkataan orang-orang. Gunakan logika dan hatimu untuk mempertimbangkan.

Pilihlah lelaki yang agamanya baik. Bagaimana ia memperlakukan orang tuanya, dan bagaimana ia memiliki visi dalam membangun suatu hubungan. Janganlah engkau menerima lelaki yang hanya ingin mempermainkanmu.

Apabila banyak lelaki yang ingin mengenalmu, berikanlah kesempatan untuk mereka mengenalmu. Tentu dengan batasan-batasan. Janganlah engkau menjadi perempuan yang terlalu tertutup, karena hal itu akan merugikanmu. Sepintar, secantik, seanggun apapun dirimu, lelaki yang serius tidak akan tertarik pada perempuan seperti itu. Supel lebih menarik daripada misterius.

Jika engkau telah memilih, maka perlakukan lelaki-lelaki yang tak terpilih dengan elegan. Berikanlah alasan dan penjelasan kenapa engkau tidak memilih mereka. Sesungguhnya lelaki bisa menerima setiap alasan yang logis karena mereka makhluk logika. Jangan engkau abaikan begitu saja, karena lelaki-lelaki itu sudah berusaha.

Jadilah perempuan yang sabar. Beribadahlah dengan sebaik-baiknya dan bertuturlah dengan sesantun-santunnya. Mungkin ayahmu ini bukanlah orang yang bisa mengajarimu. Tapi ibumu kelak lebih baik. Meski demikian, kami akan berusaha bersama.

Saat ini...

Sampai tulisan ini selesai dibuat, pesan itu belum datang juga. Sebuah pesan untuk mengiyakan atau menolak sebuah ajakan. Padahal saya hanya ingin berbincang ringan dan tidak lebih.
Saya diambang pengabaian lagi. Ya untuk kesekian kalinya.

Semoga, kelak saya bertemu dengan seorang perempuan yang dengan lembut menerima. Mungkin sekarang belum saatnya. Saya masih harus berusaha lagi. Saya mesti lebih sering bercermin. Penampilan saya pas-pasan, sholat dhuha hanya empat rakaat setiap hari, dan sholat jamaah hanya dhuhur dan kalaupun shubuhan juga masih bolong-bolong untuk ke masjid, gaji 20 koma (maksudnya setelah tanggal 20 langsung koma sampai akhir bulan). Atas semua kekurangan itu, yang jelas masih banyak lainnya, apa pantas saya mengharap perempuan yang baik agamanya dan santun lisannya?

Langit hanya menjawab lewat kotak pesan kosong...

20 Maret 2016
Revisi :
I :

Komentar

Postingan populer dari blog ini