Langsung ke konten utama

Ide yang Mewujud

Ini hasilnya setelah 6 bulan lebih.

AKHIRNYA penantian sekian lama terlunaskan. Hasil kliping saya sudah benar-benar jadi. Ini sebuah usaha yang tidaklah mudah. Perlu banyak tenaga, waktu, dan uang untuk merealisasikannya. Akhirnya, semuanya selesai. Di hari ini, “karya tangan” saya menjadi kenyataan. Bagai sebuah ide yang benar-benar mewujud. Rasanya dalam benak, tak terlukiskan. Mungkin bagaikan seorang penyanyi yang berhasil membuat sebuah album musik miliknya. Puas.

AWAL

Saya sudah memulai “proyek tak ber-uang” ini sejak saya masih menyandang status mahasiswa. Tepatnya 2013 silam. Saya punya kebiasaan membaca koran KOMPAS di setiap pagi, dan di akhir pekan bacaan saya bertambah dengan mingguan BOLA dan Soccer. Untuk nama mingguan yang disebutkan terakhir sudah “gulung tikar” pada oktober 2014 lalu. Kebiasaan membaca dan membeli koran ini terus tumbuh bagai sebuah candu. Sehari tidak baca, badan rasanya bisa pegal-pegal. He..he..he..

Hari demi hari membaca, muncul perasaan untuk “menyimpannya”. Menyimpan semua peristiwa yang sudah tertuliskan di surat kabar itu. Saya meyakini satu hal, jika peristiwa yang telah terjadi bisa menjadi bahan pelajaran untuk peristiwa di masa yang akan datang. Jadi bisa saja, jika saya dapat “menyimpannya”, maka saya akan memetik sebuah pelajaran kelak. Alhamdulillah akhirnya saya bisa merealisasikannya.

Sebelum saya memulai kegiatan kliping itu, saya browsing contoh-contoh kliping. Mungkin saja ada yang kreatif. Tapi usaha saya itu akhirnya nihil. Saya hanya menemukan beberapa contoh kliping yang tidak rapi. Terkesan asal tempel. Saya menginginkan sebuah kliping yang “readable” dan “rapi”.

Akhirnya saya membuat pola halaman sendiri. Bagaimana sebuah potongan berita benar-benar ditempatkan secara terstruktur dan tidak asal-asalan. Saya menentukan desain halaman itu kira-kira selama dua hari. Mulai dari otak-atik Ms. Excel hingga akhirnya justru terselesaikan dengan Ms. Word. Setelah desain jadi saya mulai mencari “perkakas”. Mulai dari lem, penggaris, dan gunting. Ketiga alat itu benar-benar penting dan harus ada. Untuk lem, tidak saya pilih asal-asalan. Saya menggunakan lem kertas, yang tidak cair, sehingga pas dan tidak merusak kertas.

Lalu, saya mulai memilih artikel yang layak tempel. Mulai dari politik, luar negeri, nasional, opini, dan olah raga. Untuk politik jelas mendapat porsi banyak. Maklum saja, tahun 2014 silam adalah tahun politik. Di tahun itu pula, sejarah telah mencatat siapa pemenang pertarungan capres antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Selain isu politik, kasus korupsi yang masih merajalela jelas tidak bisa dikesampingkan. Saya tertarik dengan artikel-artikel seperti itu.

Setelah proses pemilihan artikel lalu dilanjutkan dengan mengguntingnya. Ini yang lama. Saya harus menggunting semuanya, seorang diri. Tidak ada yang membantu. Dalam melakukan proses ini, saya bisa duduk selama 3 jam. Non stop. Setelah 3 jam, bisa Anda bayangkan, badan pegal semua.

Saya melakukannya dalam waktu senggang. Koran yang saya kumpulkan kebanyakan saat saya bekerja di Temanggung. Medio Juli hingga Desember 2014. Biasanya saya lakukan sepulang kerja atau di akhir pekan. Didalam kamar kos, saya melakukannya sendiri. Kegiatan ini mampu menghibur saya, karena setiap akhir pekan kosan yang memiliki lima kamar itu selalu kosong. Semua penghuninya, kecuali saya, pulang kampung semua. Mereka semua sudah berkeluarga. Hanya saya yang selalu tidak pulang dan belum berkeluarga. Pacar saja tidak punya. Jadilah kegiatan ini sebagai “pelarian” juga. Haha..

Kegiatan ini selain dapat menghibur diri, saya gunakan untuk menghilangkan beban pikiran. Didalam melakukan setiap prosesnya, ada “re-forming” mental yang saya rasakan. Mungkin karena selalu melakukannya dalam kesendirian dan keheningan, saya jadi bisa lebih sabar dan tidak mudah tertekan. Itu perasaan yang muncul, menurut saya.

Dalam usaha merealisasikan sebuah “karya tangan” ini, jelas tidak mudah. Banyak tantangan yang saya hadapi. Ada dua tantangan besar, yakni waktu dan finansial. Bayangkan saya harus menunggu selama 6 bulan untuk dapat mengumpulkan semua artikel yang saya inginkan. Selama 6 bulan itu pula saya harus menjaga kekonsistenan “alur kerjanya”. Alur kerja yang saya maksud adalah beli korannya, cari artikel, tandai, potong, dan simpan. Ya seperti itu terus menerus. Coba saja Anda coba, tidaklah mudah.

Problem kedua, setelah yang pertama adalah keuangan. Jelas saja tidak ada koran yang gratis di dunia ini. Apalagi KOMPAS harganya waktu itu Rp 4500,-. Dan termasuk paling mahal dari koran lainnya. Saya memang sudah memiliki gaji bulanan, tapi tetap saja harus ada pengalokasian untuk hal satu ini. 

Tapi semua itu tetap saya lanjutkan. Kalau pas tidak ada uang, ya saya hanya berharap tidak ada berita bagus di koran hari itu. Dan berharap semoga besoknya bisa beli lagi. Seperti itulah saya, berharapnya yang aneh-aneh.

Kini setelah sekian lama saya melewati proses yang melelahkan itu, akhirnya terselesaikan pula. Saya kini mampu merealisasikan apa yang menjadi ide saya itu. Ini bukan tugas perkuliahan. Ini sebuah passion diri. Sebuah keinginan untuk merekam semua peristiwa, supaya saya selalu bisa belajar darinya.[]

Di malam setelah draft artikel ini hilang | 03 Maret 2015 | Dimas Y. Langgeng

Komentar

Postingan populer dari blog ini