Langsung ke konten utama

UPP Esok



RASANYA baru kemarin saya meninggalkan tempat ini. Sebuah tempat dimana saya dapat merasakan apa itu dedikasi dan integritas secara maksimal. Sebuah tempat yang menempa saya untuk semakin pandai berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai macam tipe orang. Sebuah tempat yang saya rindukan untuk kembali.

Akhirnya memang saya kembali lagi. Setahun sudah saya meninggalkan tempat ini. Tempat ini bernama Unit Pelayanan Psikologi (selanjutnya dituliskan dengan “UPP”). Setahun yang lalu, saya sempat berhenti sejenak di sebuah kota antara Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing, Temanggung. Sebuah kota yang sejuk, dingin, bersih, dan ramah. Waktu saya tidak lama, hingga akhirnya datang tawaran untuk kembali ke UPP lagi.

Setahun itu pula, segalanya berubah di UPP. Meski tetap menyisakan beberapa momen masa lalu. Momen dimana saya dan tim asisten psikolog era saya dulu, berjuang dan menyisihkan waktu untuk memuluskan semua proyek yang datang. Semua gambaran pengalaman itu masih berputar bagai slide gambar dalam benak saya.

Kini saya kembali. Memang hanya saya seorang. Kesemua kawan seperjuangan dulu, telah punya “jalan”-nya masing-masing. Kini roll cerita kehidupan saya, kembali menginjakkan kaki di kantor unit itu. Mungkin hanya untuk waktu singkat. Tapi berbeda dengan yang periode yang lalu, kini beban tanggung jawab terasa lebih berat, namun menantang. Bila saya berhasil lolos maka saya lulus ujian. Tapi sebaliknya, jika saya gagal, nama jadi taruhan.

Kini saya datang sebagai laboran, petugas laboratorium. Tapi saya lebih senang menyebut diri saya supervisor asisten. Karena memang tugas saya berkutat pada hal-hal manajemen pelaksanaan. Saya bertanggungjawab penuh atas seluk beluk kantor ini. Mulai dari pengaturan jadwal hingga urusan pajak. Saya benar-benar tangan kanan Kepala UPP sekarang.

Pada kesempatan kedua ini, saya menghadapi tantangan yang tidak mudah. Bahkan mungkin semakin pelik. Mulai dari persoalan administrasi hingga tingkat kedisiplinan orang-orang didalamnya. Hingga tulisan ini dibuat, saya telah masuk hari ke-33 dalam melaksanakan amanah ini. Selama itu pula saya mencari jalan dan cara untuk mengatasi persoalan tersebut.

Salah satu hal yang paling saya sadari dalam periode kedua ini, adalah tipe kepemimpinan yang semestinya lebih adaptif. Adaptif terhadap keadaan yang melingkupinya. Kini saya berada dalam keadaan yang jelas sangat berbeda dengan keadaan yang terakhir kali saya rasakan pada 2013 silam. Mulai dari asisten psikolog yang berbeda angkatan, persoalan manajemen waktu dengan para psikolog, hingga tentu tugas dan wewenang yang lebih besar.

Dulu saya akui memimpin dengan sangat emosional. Memimpin tanpa kendali emosi yang matang, saya rasakan sedikit manfaatnya. Meski kinerja menjadi cepat selesai, tapi efek setelah itu yang merugikan. Tidak jarang anggota menjadi mudah mengeluh. Ini membuat suasana kerja pun semakin tidak kondusif. Hal itulah yang ingin saya ubah. Benar-benar ingin saya ubah.

Selama setahun sejak meninggalkan UPP hingga kembali lagi kesana sekarang, saya telah belajar banyak hal. Mulai dari proses pencarian sumber rejeki yang jalannya sangat terjal, hingga akhirnya saya dapat tempat kerja pertama di Dinas PU Temanggung. Selama proses itu, sedikit banyak berpengaruh dari cara pandang saya terhadap kepemimpinan dan hidup. Hasil belajar itulah yang kini ingin saya tularkan di UPP jilid dua ini.

Hasil belajar itu, antara lain rasa dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan, tidak mudah mengeluh, penghargaan terhadap waktu, dan komitmen. Keempat hal itulah yang kini ingin saya tekankan dan tularkan. Meski tidak bisa dipungkiri, saya tetaplah manusia biasa yang bisa emosi jika ada sesuatu hal yang tidak berjalan di koridornya. Misalnya berangkat terlambat dengan berbagai macam alasan. Atau hal-hal remeh lainnya. 

UPP ESOK

Saya memiliki beberapa pandangan baru untuk UPP kali ini. Tulisan ini sengaja baru saya postingkan sekarang, karena kini saya benar-benar sudah resmi menjabat posisi ini untuk setidaknya satu tahun kedepan.

Saya belajar hal dasar yang paling penting dalam menjalankan sebuah organisasi, adalah bagaimana organisasi itu menghargai hal yang bernama “Kedisiplinan”. Kedisiplinan yang tumbuh dari sebuah kesadaran, bukan dari sebuah keterpaksaan. Tapi, bukankah untuk menumbuhkan sebuah kesadaran, harus ada paksaan terlebih dahulu? Rasanya saya setuju dengan hal itu.

Banyak buku literatur tentang pengembangan diri, hingga manajemen, selalu menyebutkan aspek disiplin. Aspek ini seakan menjadi sebuah pilar utama dalam hidup. Lihatlah contoh negeri Jepang. Penduduknya yang telah menanam disiplin sejak masih dalam kandungan, bisa terus mengembangkan negaranya meski kini terjerebab dalam resesi ekonomi.

Dalam Islam pun sebenarnya kita telah diajarkan sejak kecil. Perintah untuk melaksanakan sholat lima waktu di awal waktu, bukankah itu juga salah satu cara-Nya untuk membentuk umat yang disiplin. Disiplin dalam menjaga waktu sholat merupakan salah satu ciri umat yang berkualitas.

Saya sempat tertegun melihat keadaan UPP kini. Banyak beberapa hal mengenai kedisiplinan yang mesti diluruskan dan ditumbuhkan kembali. Sebelum sifat baik itu benar-benar luntur dan berubah menjadi kultur yang buruk.

Untuk dapat melaksanakan kedisiplinan, harus dimulai dari ‘atas’ terlebih dahulu. Siapa atau pihak mana yang dinamakan ‘atas’ itu? ‘Pihak atas” itu dimulai dari saya tentunya. Saya harus berposisi paling depan dalam menunjukkan sifat kedisiplinan. Jika saya tidak mampu menunjukkan kedisplinan itu, bagaimana anggota lainnya dapat mencontohnya?

UPP esok, setidaknya setelah saya selesai, dalam benak saya adalah sebuah lembaga yang akan berdiri secara tegak. Jujur saat ini, dapat saya katakan, UPP belum berdiri secara tegak-setegaknya. Masih miring, seperti Menara Pisa di Italia. UPP esok adalah UPP yang mampu bekerja secara profesional dan mampu memberikan ‘penghidupan’ secara profesional pula bagi orang-orang didalamnya.

Untuk itu, diwaktu saya yang sempit ini, saya memiliki beberapa program kerja untuk membangun pondasi UPP yang diharapkan kedepannya. Program tersebut antara lain:
  • Review pelaksanaan kinerja UPP.
  • Review ketataarsipan UPP.
  • Review keuangan UPP.

Ketiga poin tersebut bila dijabarkan akan menjadi sangat lebar dan kompleks. Untuk itu, saya bertekad untuk menuntaskan ketiga hal tersebut untuk kini. Apabila ketiganya tuntas sebelum masa tugas saya berakhir kelak, saya memiliki keyakinan UPP kedepannya akan menjadi suatu lembaga profesional yang lebih dewasa.

Kini saya perlu menguatkan hati, menjernihkan pikiran, dan mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Saya dihadapkan pada ekspektasi yang tinggi. Yang dibaliknya jelas terpampang resiko yang tidak kalah tinggi. Kini tongkat kendali sudah ditangan saya. Saya yakin akan memberikan tongkat itu dalam keadaan yang lebih baik, pada pengganti saya kelak. []

Malam penuh perenungan | 03 April 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini