Langsung ke konten utama

Ketika Aku Cari Kamu



DUA hari yang lalu, ketika itu saya bertugas menjaga biro psikologi. Saya bersama seorang kawan waktu itu. Kawan saya ini usianya lebih muda. Ia mengerjakan tugasnya sedangkan saya membaca koran yang saya beli pagi itu. Suasana ruangan terpecah, sesaat setelah kawan saya ini meminta untuk di putarkan lagu.

“Tolong, Mas di cari di youtube lagunya payung teduh”, katanya.

Saya yang masih konsen ke koran, belum ngeh dengan permintaannya itu. “Payung teduh? Itu judul lagu atau band?” tanya saya datar.

“Itu band Mas.. Cari aja deh.. Kalau sudah ketemu, pilih yang judulnya Untuk Wanita yang sedang Dalam Pelukan”. Pintanya sambil tersenyum.

Dalam batin saya, dari nama bandnya saja sudah aneh. Ditambah pula dengan judul lagunya lagi. “Ya. Bentar. Kucarinya” jawab saya datar.

Lagu yang dicari sudah ketemu dan langsung diputar. Saya melanjutkan membaca koran dan kawan saya itu menghentikan kerjaannya dan mendengarkan lagu itu. Saya sedikit-sedikit curi-curi dengar juga.

Menurut saya lirik lagunya rada berbeda dengan band saat ini. Sulit dimengerti, tapi enak seperti puisi yang dinyanyikan. Saya teringat Letto di album pertama mereka. Hanya saja, Payung Teduh lebih “bebas” daripada Letto. Payung Teduh tidak terikat pada aturan lagu seperti umumnya. Tidak reff atau apapun itu.

Kemudian muncul keinginan untuk bertanya. Kawan saya masih mendengarkan, kini senyumnya tambah aneh.

“Ini band genre apa? Sudah terkenal ya? tanya saya memecah senyum kawan saya itu.

“Haha mas dim ini.. Mereka itu band indie yang lagi top sekarang mas...,” jawab kawan saya itu bangga.

“Oh band indie.. Pantas saja kog beda..,” balas saya.

“Ini lagu ya cuma gitu-gitu aja (bervokal datar, dan datar pokoknya). Tapi enak didengar kan Mas,” balas kawan saya.

Dalam hati, iya juga memang enak didengar. Pemilihan liriknya juga cerdas. Bukan ciri lagu “gampangan”. Dan yang jelas band ini beda.

Tapi untuk lagu “Untuk Wanita yang sedang Dalam Pelukan” bagi saya kurang greget. Mungkin karena lagu itu bukan “saya banget”. Isi dari lagu itu bukan yang “saya banget”. Jadi rada gak kena. Untuk kawan saya, mungkin karena ia telah punya pacar, jadi pas lah untuk dia. Tapi kalau saya sih tidak. Maksud saya, belum untuk saat ini.

KUCARI KAMU

Setelah lewat dua hari. Saya teringat lagi dengan grup band ini. Yang kata kawan saya, “band indie yang sedang top”. Saya searching lagi di youtube.

Seketika saya mencari, saya pertama menemukan lagu Payung Teduh yang berjudul “Kucari Kamu”. Dalam benak saya, mungkin ini yang pas. Sama-sama sedang nyari. Hehe..

Saya putar saja.. satu kali dengar, rasanya langsung sreg. Diputar lagi sampai tidak tahu sudah berulang berapa kali ini lagu.

Lirik yang saya sukai, saat bagian ini:

Kucari kamu dalam setiap langkah
Dalam ragu yang membisu
Kucari kamu dalam setiap ruang
Seperti aku yang menunggu kabar dari angin malam

Penggalan lirik itu yang mungkin paling pas. Maksudnya paling pas dengan saya. Saya ini jika mendengarkan lagu pasti selalu dikaitkan dengan perasaan yang sedang dirasa. Mungkin Anda juga demikian.

Mendengar lagu ini, rasanya saya seperti dapat merasakan lebih dalam apa itu “pencarian”.

Apalagi “pencarian” yang berkaitan dengan jodoh. Itu sulit sekali.

Seperti di penggalan lirik yang ini:

Aku cari kamu
Disetiap malam yang panjang
Aku cari kamu
Kutemui kau tiada

Kalau dari lirik itu, lebih miris lagi. Sudah dicari-cari ternyata tidak ada. Itu yang repot. Tapi saya masih meyakini, kalau jodoh itu selalu ada. Nah soal adanya itu, yang harus dicari dimana.

Karena saya tidak tahu dimana, maka soal jodoh ini masuk dalam dua “doa penting”. Kata kembaran saya, soal jodoh itu harus ada persiapan panjang. Mulai dari doa hingga akhirnya akad nanti.

“Harus terus berdoa dari sekarang bro...” tukas saudara saya ini.

Ia menambahkan, “Apa iya kalau dah ketemu, bisa langsung jodoh. Syukur kalau iya. Kalau nggak?”

Saudara saya ini masih bersemangat, “Semua kan ada prosesnya. Lewat doa-doa itu, siapa tahu jalannya dipermudah.”

Saya hanya mengangguk. Memang benar juga. Semuanya harus dipersiapkan. Maka nantinya Allah swt yang menentukan hasil akhirnya.

Bagi saya, cari jodoh memang perlu perjuangan. Doa memang harus, tapi usaha juga harus seimbang. Nah terkadang dalam usaha itu, kita terlalu cepat menilai. Terlalu cepat menilai si doi suka, terlalu cepat menilai si doi tidak tertarik, dan anggapan yang lain.

Saya punya pegangan, kalau menyukai jangan terlalu suka, tapi kalau membenci ya jangan terlalu benci. Sekedarnya saja. Jadi kalau Anda sukses mendapatkan si doi, ya bergembiralah sewajarnya. Jika tidak, ya mungkin si doi untuk pasangan yang lain.

Saya selalu berdoa untuk didekatkan dengan perempuan yang “tidak neko-neko”. Maksudnya, agamanya baik dan tahu sopan santun. Ibu saya pernah mengatakan jika seorang perempuan itu sudah tahu bagaimana menjalankan agama yang baik, ia juga akan tahu posisiknya kelak ketika ia telah menjadi seorang istri atau ibu.

Nah untuk mendapatkan istri yang agamanya baik, jelas saya harus meningkatkan kualitas agama saya juga. Logikanya begini, jika anda punya sebuah flash disk berkapasitas 4 GB, sedangkan Anda menginginkan sebuah file film yang besar 8 GB. Apa yang terjadi selanjutnya? Jelas Anda tidak akan bisa menyimpan film itu di flash disk kepunyaan Anda. Dengan kata lain, FD Anda itu “tidak pantas” untuk file sebesar 8 GB.

Nah karena waktu saya untuk “dua doa penting” ini masih ada 2-3 tahun kedepan. Maka sembari menunggu, saya harus terus meningkatkan kualitas diri. Mulai dari agama hingga kemapanan. Untuk kemapanan sudah ada sedikit-sedikit pemasukan bulanan, sedangkan agama, saya menunjukkan kualitas. Meski belumlah “berkualitas terbaik”.

Untuk perempuan yang muncul dalam doa, semoga ia selalu berada di tempatnya menunggu saat ini. Mungkin aku yang kan datang menjemputnya. Jika ternyata bukan jodoh, aku doakan jodoh yang terbaik untuknya. Semoga jalan yang aku usahakan saat ini, tetap di jalan yang lurus menuju tempatmu itu.

Doa itu mungkin terdengar kurang “agresif”. Tapi menurut saya itulah jalan tengah. Tidak memaksa, tapi tetap berikhtiar. Semua punya pilihan. Dan di setiap pilihan itu harus ada kerelaan dari pihak lain.

Kucari kamu dalam setiap jejak
Seperti aku yang menunggu kabar dari matahari []

Di malam sunyi dengan mendengar lagu Kucari Kamu | 05 Maret 2015
Sumber Gambar: Google

Komentar

Postingan populer dari blog ini