Langsung ke konten utama

Pilih Mana, Menjadi Driver atau Passenger?

Foto: Pribadi

SAYA sebelumnya belum pernah memiliki buku karangan Rhenald Kasali. Yang saya tahu, Bapak Rhenald ini cukup sering menulis di harian Jawa Pos. Saya sudah lama tidak membaca Jawa Pos lagi, hampir satu tahun, jadi saya tidak tahu apakah beliau masih aktif menulis di harian tersebut.

Salah satu artikel yang pernah saya baca, kalau tidak salah ingat, tetap sekitar pembahasan tentang pengembangan diri. Maaf jika salah, pikiran saya ini terlalu mini..

Tentang buku ini, saya tertarik dengan tag tulisan di bagian cover. Tertulis seperti ini, Inilah yang diajarkan para CEO tangkas kepada kaum muda dan eksekutifnya agar keluar dari perangkap passenger.

Dalam pikiran saya langsung muncul beberapa pertanyaan, memangnya apa yang diajarkan para CEO itu?, Apa itu “perangkap passenger?”, dan karena judul buku itu “Self Driving; Menjadi Driver atau Passenger?”, maka pertanyaan lanjutannya Bagaimana melakukan Self Driving yang benar?

Jadi hanya sekedar melihat cover buku itu, saya sudah tertarik. Padahal sebelum datang ke Gramedia, saya sudah memiliki rencana membeli buku lain. Entah kenapa saya merasa buku ini bisa bermanfaat juga.

Kita hidup di dunia ini telah diberikan “kendaraan” yang kita sebut “Self” atau “Diri”. Didalam diri itu telah tersimpan potensi dan  kemampuan untuk mencapai segala sesuatu yang ada di dunia. Hanya terkadang di dalam diri itu, ada juga yang namanya mentalitas. Rhenald Kasali mencoba menganalisa dua mentalitas utama yang ada di diri manusia, yaitu mentalitas Driver dan Passenger.

Istilah driver tentu bukanlah “sopir”. Driver adalah sebuah sikap hidup yang sangat berbeda dengan passenger. Anda tinggal memilih, hanya duduk manis sebagai penumpang dan duduk di belakang, atau mengambil resiko dengan menjadi driver di depan?

Jika Anda memilih duduk di belakang, Anda bisa makan, minum, ngobrol, bahkan tidur. Tanpa perlu memperhatikan lalu lintas dan merawat kendaraan. Hal itu menyenangkan kan? Sedangkan, seorang driver bisa hidup di mana pun mereka berada, dan selalu menumbuhkan harapan. Mereka mengajak orang-orang untuk berkembang dan tumbuh.

Mentalitas driver dalam buku ini pada dasarnya adalah sebuah kesadaran yang dibentuk melalui pendidikan dan pengalaman. Bukan karena tidak ada pilihan. Rhenald pun menambahkan beberapa artikel menarik di setiap bab. Umumnya mengenai pengalaman seseorang yang hidupnya menginspirasi atau peristiwa menarik. Tambahan artikel-artikel itu setidaknya menjadi sebuah oase pikiran untuk lebih termotivasi dalam hidup.

Ada sebuah cerita tentang Theodore Roosevelt, Mantan Presiden Amerika Serikat. Artikel itu menceritakan kisah TR yang harus hidup dengan keterbatasan fisik sejak kecil. Mulai dari masalah penyakit hingga fisik yang kurang fit. Namun, dengan kesabaran dan keyakinan ayahnya, TR menjadi sosok yang dikagumi di negaranya. Tentu sikap dan tindakan ayah TR itu untuk terus mendorong potensi anaknya, merupakan sebuah contoh dari sikap driver itu sendiri. Mampu mengendalikan orang lain untuk menjadi lebih baik.

DATA BUKU
Judul: Self Driving; Menjadi Driver atau Passenger
Penulis : Rhenald Kasali
Tebal Halaman : 270 halaman
Cetakan : Kelima, Januari 2015



Salah satu bahasan menarik dari buku ini adalah pada bagian Bab 6 tentang Self Dicipline. Sikap disiplin diri masih menjadi poin utama untuk maju. Rhenald Kasali mengambil contoh gaya hidup samurai di negara Jepang. Kita tahu, kehidupan samurai sangat terikat dengan kedisiplinan. Seakan-akan kedisiplinan sudah menjadi sebuah kehormatan diri. Sikap disiplin ini pula yang masih dijaga masyarakat Jepang sebagai sebuah gaya hidup.
Menurut Rhenald Kasali ada tiga macam jenis disiplin diri, yaitu Forced Discipline, Self Discipline, dan Indisiplin. Forced Discipline memiliki maksud bahwa disiplin yang dilaksanakan itu sumbernya berasal dari luar, yakni oleh tempat kerja, orang tua, guru, pelatih, dan lainnya. Sedangkan, Self Discipline berasal dari dalam diri, yang terbentuk secara bertahap dan merupakan proses perlawanan terhadap ketidaknyamanan. Tidak jarang kita temui, ada sikap resistensi terhadap kebiasaan disiplin. Untuk jenis Indisiplin, maksudnya adalah sikap yang menolak segala bentuk kedisiplinan. Seperti, berangkat telat, tidak mematuhi aturan, dan lain sebagainya. Kedisiplinan menjadi salah satu poin penting untuk self driving yang baik.
Masih banyak yang disampaikan dari buku ini. Terdapat tiga belas bab didalamnya. Dan semua dituliskan dengan gaya bahasa yang santai dan ringan.

Buku ini bisa menjadi acuan untuk mengembangkan pola pikir dan hidup untuk lebih baik. Saya kedepan kebetulan akan memimpin sebuah tim di sebuah lembaga psikologi. Tentu dalam kepemimpinan itu perlu banyak kebijakan dan luasnya cara pandang. Setidaknya buku ini sudah memberikan saya gambaran tentang bagaimana memimpin dengan baik. Terutama dimulai dari diri saya sendiri. []

Di malam dengan perut lapar | 10 Februari 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini