Masashi Kisimoto benar-benar menepati janjinya. Serial manga karyanya [Naruto] telah di-tamatkan. Sebelumnya, tepatnya lima pekan yang lalu, Kisimoto telah mengumumkan akhir kisah dari manga ini. Tepat pada hari ini, 7 November, seri Naruto terakhir resmi diterbitkan. Dan benar-benar menjadi akhir.
Serial manga Naruto ini sudah berusia kira-kira 15 tahun. Sejak rilis pertamanya di Weekly Shonen Jump Magazine, Majalah komik Jepang, pada tanggal 8 November 1999 silam, Naruto telah men-jadi legenda kisah tersendiri bagi saya pribadi.
Pertama kali saya ‘kenal’ Naruto adalah ketika saya masih di bangku Sekolah Menengah Atas. Waktu itu, saya tidak mengenal versi manga-nya. Tetapi justru lewat serial televisinya. Setelah tampil beberapa episode, saya mulai tertarik untuk membaca manga-nya langsung. Gayung bersambut, ada beberapa situs manga online yang menampilkan secara reguler Naruto. Setelah itu saya secara reguler juga membaca tiap minggunya. Biasanya Naruto terbit di hari Rabu. Tengah pekan.
Alur kisah Naruto sendiri menarik. Kisimoto berhasil mencampuradukkan emosi pembacanya. Dan ia juga mampu menyampaikan setiap pesan di masing-masing karakter tokoh rekaannya. Alur emosi yang menarik jelas terfokus di dua karakter utamanya, Naruto dan Sasuke. Sekali lagi, Kisimoto mampu menguraikan konflik emosi keduanya secara ‘halus’ dan ‘mengagetkan’.
Naruto dikisahkan sebagai seorang ninja cilik yang sangat terobsesi dengan cita-citanya. Cita-citanya sederhana, yaitu menjadi Hokage yang melebih kehebatan hokage-hokage sebelumnya. Hokage adalah pemimpin desa ninja Konoha, tempat Naruto tinggal. Kalau di dunia nyata, semacam ‘presiden’.
Untuk mencapai cita-citanya itu, meski sederhana, tapi tidak mudah. Banyak rintangan yang harus dilewati. Ditambah ada monster yang tersegel di dalam tubuhnya, membuat ia dikucilkan oleh orang-orang desanya. Naruto pun hidup dalam kesendirian, karena kedua orang tuanya sudah meninggal sesaat setelah hari kelahirannya. Kedua orang tuanya, melindungi Naruto dari monster Rubah Sembilan Ekor yang menyerang desa. Kelak monster itu pula yang disegel didalam tubuhnya.
Kesendirian dan pengucilan itu tidak membuat optimisme Naruto surut. Disinilah kepintaran Kisimoto. Ia seolah memberikan contoh bahwa hidup itu perlu usaha keras dan hati yang keras untuk menghadapinya. Kisimoto menuangkan pesan itu di sosok Naruto.
Sebaliknya justru berbeda dengan karakter Sasuke. Tidak jauh berbeda dengan Naruto, Sasuke pun hidup dalam kesendirian. Saat ia kanak-kanak, seluruh anggota klan-nya, klan Uchiha, dibunuh oleh kakak kandungnya sendiri, Itachi Uchiha. Semenjak peristiwa itu, Sasuke menaruh dendam untuk membalas kelakuan kakaknya pada klannya sendiri.
Di awal saya mengikuti kisah Sasuke, yang terbayang betapa sadisnya Itachi. Lebih jauh, apa yang ingin disampaikan Kisimoto dari kisah kelam Sasuke ini? Apa iya Dendam? Untuk beberapa waktu lamanya, saya berpendapat demikian. Seiring dengan bergulirnya kisah ini, terungkap pula alasan dibalik tindakan Itachi. Sebuah konklusi yang mengagetkan.
Itachi terpaksa ‘menghabisi’ seluruh anggota klannya demi menjaga nama baik klan. Ini yang mem-buat saya tertegun. Dikisahkan klan Uchiha akan melakukan pemberontakan (coup de etat) di Konoha. Untuk mencegah hal itu, ia menghabisi dulu klannya. Ia hanya ‘membiarkan’ adiknya hidup. Jadi, menurut Kisimoto melalui Itachi, nama baik harus dijaga dengan cara bagaimanapun juga. Meski saya juga tidak setuju dengan cara ekstrim Itachi.
Kisah kelam Sasuke ini, membawanya menjadi sosok yang terus mencari jawaban. Mencari jawaban tentang kebenaran dari masa lalunya. Disamping itu, rasa dendamnya juga terus tumbuh. Karakter Sasuke yang dingin, seolah menjadi ‘media’ bagi Kisimoto untuk menyampaikan bahwa manusia dalam hidup itu harus mencari jawaban sedetil-detilnya untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Sasuke merupakan sosok, yang menurut saya, pesimistis dalam hidup, namun memiliki keteguhan dalam mencari jawaban hidupnya.
OTSUKARESAMA DESHITA
Lewat serial Naruto ini, saya banyak belajar berbagai hal. Mengenai perasaan kesendirian, optimisme, pesimisme, kebencian, dan cinta. Semua terolah secara apik oleh Kisimoto. Hampir setiap konflik yang muncul, selalu ditutup dengan konklusi mengagetkan dari Kisimoto.
Salah satu konflik yang saya suka adalah cara pandang Obito dalam melihat hidup. Sebelumnya, Obito adalah salah satu ninja Konoha juga. Tetapi karena kejadian masa lalu yang kelam, sama seperti yang dialami Naruto dan Sasuke, Obito memiliki pandangan yang berbeda. Ia melihat dunia sebagai tempat yang ‘gagal’. Dimana setiap impian bisa tidak akan tercapai. Oleh karena itu, Obito ingin ‘menciptakan’ dunia yang dimana setiap mimpi akan tercapai tanpa ada lagi kesedihan dan keputus-asaan.
Kini serial Naruto sudah resmi berakhir. Semua jawaban sudah terjawab. Cerita akhir, menurut saya, sangat memuaskan. Tidak menimbulkan lagi pertanyaan ‘Kog gitu endingnya?’.
Selama delapan tahun, sejak 2006, saya sudah terbiasa dengan Naruto tiap pekannya. Pekan depan, dapat dipastikan kebiasaan saya akan menghilang. Namun, yang pasti semangat dan pesan dari Kisimoto tidak akan pernah luntur.
Yaitu bahwa hidup itu harus terus diperjuangkan. Betapapun langkah yang berat dan terjal menghadang. Terus memupuk optimisme dan kesadaran diri untuk terus berjuang.
Akhirnya saya, sebagai pembaca setia Naruto, mengucapkan terima kasih kepada Masashi Kisimoto untuk the great story-nya. Sebenarnya masih sangat masygul juga tentang akhir penerbitan ini. Tapi namanya kehidupan, jika ada awal pastilah ada akhir. Dan ‘akhir’ itu sudah datang juga.
Otsukaresama Deshita!
TEMANGGUNG, 07 NOVEMBER 2014
Komentar
Posting Komentar
Komentar Anda merupakan sumber saya menuju tulisan yang lebih baik.