Langsung ke konten utama

Sempat Grogi Menghadapi Ghana-Aljazair

Joachim Loew (Foto: The Guardian)

Joachim "Jogi" Loew sukses mengantar Jerman menjuarai Piala Dunia 2014 di Brasil. Eks asisten Juergen Klinsmann itu pun tercatat sebagai pelatih keempat yang membawa Der Panzer menjadi timnas terbaik di Planet Bumi.

Loew kini berdiri sejajar dengan pelatih legendaris lain yang lebih dulu membawa Jerman menjuarai Piala Dunia. Mereka adalah Sepp Herberger (PD 1954), Helmut Schoen (PD 1974), serta Franz Beckenbeuer (PD 1990).

Prestasi Loew bahkan lebih mentereng karena mengantar Die Mannschaft sebagai tim Eropa pertama yang menjuarai turnamen akbar ini di tanah Amerika Selatan. Lewat raihan gelar historis ini, bekas gelandang timnas Jerman Barat U-21 itu mengubur semua kritik yang menderanya sepanjang persiapan Jerman ke Brasil 2014.

Loew sempat diragukan bakal membawa Die Mannschaft melaju sampai titik akhir turnamen karena skuatnya digerogoti problem cedera. Pada awal perjalannnya di PD 2014, sang arsitek juga melakukan sejumlah permutasi peran pemain yang menuai kritik dari publik Jerman sendiri. Namun, segala kecaman menguap dengan datangnya satu gelar akbar.

Setelah Der Panzer mengalahkan Argentina di final, Loew menceritakan perasaan pribadi, kondisi, serta perjuangan keras timnya untuk merengkuh trofi PD 2014. Berikut kutipan wawancara dengan Loew yang disarikan dari Frankfurter  Allgemeine Zeitung dan DFB TV.

Jogi, Jerman menjadi juara Piala Dunia. Bagaimana perasaan Anda?
Tentu saja sangat senang. Saat bangun pada pagi hari, hal pertama yang saya ingat adalah kami telah meraih gelar. Sebuah kebahagiaan yang luar biasa. Anda mungkin akan selalu merasakan kondisi itu sampai beberapa hari ke depan. Namun makna kebanggaan ini akan langgeng selamanya.

Tim telah menghadapi banyak kendala dalam perjalanan menuju kemenangan ini.
Kami telah bersama-sama selama 55 hari. Namun, proyek sebenarnya dimulai 10 tahun lalu. Kami memulainya bersama Klinsmann dan terus melanjutkannya. Kekuatan terbesar kami adalah hasrat untuk terus berkembang walau gagal dalam langkah-langkah terakhir di beberapa kesempatan. Namun, kami selalu yakin akan menyempurnakan langkah terakhir itu untuk menjadi juara.

Siapa saja yang layak mendapatkan kredit spesial atas perjuangannya bagi tim?
Sebagai satu tim, kami semua bekerja keras untuk mewujudkan segalanya menjadi raihan gelar. Namun, jika ada sosok yang sangat layak mendapatkannya di tim ini, mereka adalah Phillip Lahm, Basti Schweinsteiger, Per Mertesacker, Lukas Podolski, dan Miroslav Klose. Mereka sudah ada di tim selama 10 tahun masa bakti saya.

Apakah Anda selalu optimistis akan selalu memenangi semua pertandingan?
Ada saatnya kami kecewa, tapi saya percaya tim ini menunjukkan performa terbaik dalam tujuh pertandingan di Piala Dunia ini. Tentu ada pula momen saat saya merasa grogi. Misalnya, ketika kami menghadapi Ghana dan Aljazair. Dua partai itu sangat sulit karena laga sangat ketat dan lawan punya energi besar. Namun kami juga memiliki keinginan lebih kuat untuk menang.

Di Final, dua pemain cadangan menjadi kunci. Apa rahasianya?
Saya selalu mengatakan sejak awal bahwa kami tidak cuma punya 11 pemain di lapangan. Saat itu Argentina tampak semakin kelelahan. Kondisi ini menguntungkan kami karena tim punya Andre Schuerrle atau Thomas Mueller di pos sayap ofensif. Mereka cepat dan selalu merepotkan lawan. Juga ada Mario Goetze, yang bisa tampil dimana saja.

Benarkah metode permainan Anda dipengaruhi gaya ala Spanyol, misalnya dari Pep Guardiola di Bayern Muenchen?
Kami bekerja selama bertahun-tahun dengan cara bermain sendiri. Tentu saja ada pelatih bagus seperti Juergen Klopp di Dortmund, Pep di Bayern, atau Carlo Ancelotti di Real Madrid. Pelatih-pelatih ini bekerja dengan sejumlah pemain saya dan membantu perkembangan mereka secara individual.

Seberapa penting peran Bundesliga terhadap kesuksesan ini?
Tentu perannya sangat besar. Titel piala dunia ini juga merupakan produk fantastis dari pendidikan di Bundesliga. Pada tahun 2000-2004, sepak bola Jerman ada di titik terendah. Kemudian kami melakukan evaluasi total dengan berinvestasi lebih banyak untuk pendidikan dan akademi demi menghasilkan bibit yang lebih baik. Klub-klub juga semakin percaya terhadap pemain muda.

Apa komponen terpenting di tim juara kali ini?
Kami bukan cuma punya kualitas bagus. Secara mental, tim ini bekerja sebagai sebuah kesatuan yang utuh. Mereka memupuk kebersamaan, fokus, respek tinggi satu sama, rasa lapar, dan kedisiplinan. Yang penting, mereka bisa bersenang-senang dalam tim ini.

Beri Bagja | Harian BOLA | 039

Komentar

Postingan populer dari blog ini