Striker Uruguay Luis Suarez yang diganjar hukuman tidak boleh bertanding selama empat bulan karena menggigit bahu bek Italia Giorgio Chiellini, menunjukkan betapa ketatnya dunia olah raga. Hukuman bukan hanya untuk menegakkan aturan, tetapi juga untuk menjunjung tinggi dan menghormati nilai-nilai universal.
Gambar sebelum dan sesaat Luis Suarez (putih) menggigit bek Italia Giorgio Chiellini (Biru). Foto: telegraph.co.uk |
Pengamat yang juga eks pesepak bola, Steve Claridge, sebagaimana dikutip BBC, mengatakan "dosa" yang banyak dilakukan di lapangan dan tergolong serius antara lain berkelahi di lapangan, menyikut lawan, meludah, mendorong wasit, kecurangan, rasialis, berpura-pura cedera, menyeruduk, dan mematahkan kaki lawan.
Insiden pemain yang menggigit pemain lain terdengar tidak masuk akal terjadi di pertandingan sepak bola tingkat dunia. Suarez, pemain Liverpool itu, juga melakukannya pada pemain Chelsea Branislav Ivanovic pada 2013, kurang dari tiga tahun setelah dia menggigit bahu Otman Bakkal, pemain PSV Eindhoven.
"Ini bukan sekedar menggigit. Tindakannya sudah melampaui batas, yang menurut budaya Barat sangat tabu," kata Orin Starn, Guru Besar Antropologi dan Sejarah Duke University di Durham, Amerika Serikat.
Namun, tidak semua setuju dengan pendapat itu. Claridge misalnya, berpendapat, menggigit tidak berbahaya dan menakutkan seperti dijegal lawan hingga mengalami cedera kaki.
Menjegal kaki lawan hingga cedera atau patah merupakan pelanggaran paling buruk. "Aksi ini bahkan potensial mengakhiri karier dan mimpi seorang pemain bola dalam hanya beberapa detik. Penjegalan bisa menyebabkan bahaya serius pada kaki pemain," kata Claridge.
Pelanggaran lain yang juga berbahaya adalah menyikut lawan. Pemain Italia Mauro Tassoti dilarang bermain di delapan pertandingan karena dengan ganas menyikut wajah pemain Spanyol Luis Enrique hingga berdarah-darah di Piala Dunia 1994. Dia dihukum saat itu juga, teatapi Italia menang 2-1 dan mencapai semifinal.
Mantan pemain belakang Manchester City Ben Thatcher juga harus keluar tanpa kartu merah saat menyikut pemain Portsmouth Pedro Mendes di 2006. Thatcher pun dijatuhi hukuman larangan bertanding pada delapan pertandingan.
Pelanggaran serius lain adalah meludah. Meski meludah untuk mengeluarkan dahak di tenggorokan adalah hal biasa bagi pemain, tetapi tidak lazim ketika mereka meludah lawan.
Gelandang Belanda Frank Rijkaard meludahi Rudi Voller (Jerman) dua kali di Piala Dunia 1990. Kejadian ini tercatat sebagai peristiwa paling menjijikan sepanjang sejarah Piala Dunia. "Ini larangan yang tidak tertulis yang tidak boleh dilanggar. Dengan melanggarnya, seorang pemain mempermalukan dirinya sendiri," ujar Claridge.
Larangan tak tertulis lain adalah perilaku rasial yang juga pernah dilakukan Suarez. Dia dilarang bermain di delapan pertandingan karena bersikap rasial terhadap bek Manchester United Patrice Evra. Sejak itu, Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) mengajukan hukuman minimal 10 pertandingan bagi pelakunya.
Banyak insiden di lapangan sepak bola yang juga mendorong wasit memberi kartu merah dan mengeluarkan pemain dari lapangan, seperti berkelahi, menyeruduk kepala pemain lain seperti yang dilakukan bek Portugal Pepe, hingga berlaku curang terang-terangan.
Maria Kavussanu, pakar moral olahraga dari Birmingham University mengklasifikasi pelanggaran yang berdampak buruk dan yang tidak. "Mungkin pada konteks-konteks tertentu, apa yang dilakukan pemain bukan sesuatu yang parah. Namun, satu hal yang perlu diingat adalah banyak orang menyaksikan, termasuk anak-anak. Padahal mereka adalah pemain terbaik, dan mereka menjadi teladan," ujar Kavussanu.
Harian KOMPAS | 30 Juni 2014 | BBC.COM/UTI
Komentar
Posting Komentar
Komentar Anda merupakan sumber saya menuju tulisan yang lebih baik.