Langsung ke konten utama

Tak Ada Drama

Sistem undian di Liga Champions masih condong kepada tim-tim unggulan. Karena itu, tim yang lebih diunggulkan akan mendapat jatah tampil di kandang saat melakoni leg kedua pada fase knock-out. Termasuk di babak 16-besar pada musim ini. Status sebagai tuan rumah pada putaran kedua akan membantu para tim unggulan untuk terus melaju ke babak berikutnya.

Fakta menunjukkan bahwa tim-tim unggulan mayoritas selalu lolos ke babak berikutnya. Tim-tim nonunggulan lebih banyak gagal meraih kemenangan pada leg pertama dan gagal meraih kemenangan pada leg pertama dan gagal membalas di kandang lawan pada leg kedua.

Di Liga Champions musim ini, fakta tersebut makin kuat karena tidak ada tim tamu pada leg kedua yang mampu membalas kekalahan yang diderita pada leg pertama. AC Milan yang kalah 0-1 di San Siro kembali dipaksa mengakui keunggulan Atletico Madrid. Bermain di Vicente Calderon, Los Colchoneros  menang 4-1.

Hasil itu membuat Atletico untuk kali pertama sejak 1997 mampu melangkah ke babak perempat final Liga Champions.

"Kami sudah tidak sabar menunggu lawan di babak berikutnya. Bagi saya, tidak masalah andai harus bertemu sesama tim Spanyol. Kami akan terus melanjutkan perjuangan dengan kerendahan hati, seperti yang biasa kami lakukan. Pastinya, kami tidak bisa memilih tim yang akan dihadapi," ucap pelatih Atletico, Diego Simeone.

Milan sebenarnya memiliki keyakinan tinggi bisa membalikkan keadaan di kandang Atletico. Tapi, kenyataan tak seindah mimpi. Hal sama juga berlaku bagi Arsenal. Mereka juga dibuai optimistis tinggi saat bertandang ke Allianz Arena, kandang Bayern Munchen. The Gunners yakin bisa membalas kekalahan seperti yang dilakukan pada musim lalu.

Target Olivier Giroud cs. nyaris tercapai. The Gunners mampu menahan imbang tuan rumah dengan skor 1-1. Namun, seperti yang dialami musim lalu, The Gunners gagal melaju ke babak berikutnya meski tidak kalah dari tuan rumah. Pada musim lalu, mereka kalah agresivitas gol di kandang lawan.

Kubu Arsenal pun kembali gigit jari. Pasalnya dalam empat musim terakhir mereka selalu gagal di babak 16-besar. Ambisi untuk bisa mengulang tampil di partai puncak seperti di Liga Champions 2005-2006 hanya mimpi belaka.

MOTIVASI TINGGI

Ambisi Manchester City untuk bisa pertama kali melangkah ke perempat final pun kandas. Setelah kalah 0-2 pada leg pertama, Vincent Kompany dkk kembali menelan kekalahan di Stadion Camp Nou dengan skor 1-2, Rabu (12/3).
Penampilan skuad asuhan Manuel Pellegrini itu tampil dengan penuh motivasi sejak awal. Saking bersemangatnya, permainan The Citizens pun cenderung keras.

Gol penyama kedudukan yang dicetak Kompany pada menit-89 menunjukkan bahwa The Citizens tidak menyerah. Namun, semua perjuangan sia-sia saat Daniel Alves mencetak gol kemenangan Blaugrana semenit kemudian.

"Kami sudah memberikan semua yang kami mampu. Andai kami mencetak gol lebih awal, bukan mustahil hasil pertandingan akan berbeda. Kami baru tiga musim di Liga Champions, jadi kami tahu musim depan tidak perlu untuk takut dengan tim manapun. Meski tersingkir, performa kami telah memberi kami kepercayaan diri," ucap Kompany pada Uefa.com.

Seperti halnya Man. City, Bayern Leverkusen yang datang ke Stadion Parc des Princess bermain penuh semangat. Bahkan, Sidney Sam mampu membuat Leverkusen unggul cepat pada menit ke-6.

Meski begitu, Paris Saint-Germain langsung bereaksi. Sekitar tujuh menit kemudian, Marquinhos menyamakan kedudukan. Gol ini membuat PSG makin menekan tim tamu.

Hasilnya, Ezequiel Lavezzi memastikan tiket perempat final sukses dalam genggaman. PSG selalu menang dalam dua laga melawan Leverkusen. Mereka lolos ke perempat final dengan agregat terbesar yakni 6-1.

Dengan demikian, tim unggulan masih terus melaju ke babak berikutnya. Belum ada tim seperti Internazionale Milan pada 2010-2011 yang mampu membalikkan kekalahan pada leg pertama dengan kemenangan pada leg kedua sekaligus lolos ke perempat final.

Dimas Y. Langgeng | Agus Dwi W | Mingguan SOCCER 36/XIV

Komentar

Postingan populer dari blog ini