Langsung ke konten utama

Berkat Rencana 10 Tahun



Setelah tim nasional Belgia terpuruk di peringkat 71 FIFA, 5 tahun lalu, kini De Rode Duivels alias Setan Merah memiliki banyak pemain muda yang mumpuni dan sedang meluncur menuju Piala Dunia 2014 di Brasil.

Penampilan terakhir Belgia di turnamen besar antarnegara adalah Piala Dunia 2002, di mana mereka disingkirkan pada babak kedua oleh Brasil. Sejak itu, Belgia hanya menghadapi banyak kesulitan. Titik nadir terjadi pada 2007, saat dilatih oleh Rene Vandereycken. Belgia berada di bawah negara-negara seperti Kepulauan Cape Verde dan Albania.

Kini Belgia menjadi the hottest country in football. Pemain-pemain Belgia mendominasi sepak bola Inggris. Mengapa sampai demikian? Tanyakan kepada Maroune Fellaini dan pemain Manchester United itu tidak punya kata-kata untuk menjawab.

Pemain berusia 25 tahun tersebut - yang beken dengan rambut afro halo - benar-benar tidak tahu jawabannya. Fellaini adalah salah satu pemain Belgia yang paling mudah dikenali. Tinggi tubuhnya 194 cm - plus 6 inci rambut - tidak ada satu gram pun lemak di tubuhnya.

"Kami punya Vincent Kompany, Moussa Dembele, Thomas Vermaelen, Jan Vertoghen, Eden Hazard, Romelu Lukaku, dan Christian Benteke. Satu hal adalah kami sudah bermain bersama-sama sejak lama. Banyak dari kami yang tampil di Olimpiade Beijing, menetap di pelatnas ketika berusia 18, 19, 20, dan 21. Jadi kami sudah saling mengenal satu sama lain. Mungkin itu awalnya, walau saya pikir semuanya adalah keberuntungan Belgiabisa menjadi seperti sekarang," kata Fellaini, seperti dikatakannya kepada Esquire edisi Inggris.

Eks rekan Fellaini di Everton, Kevin Mirallas, sudah bermain untuk semua level usia sejak berumur 14 tahun. Beda dengan Fellaini, Mirallas sama sekali tidak heran kalau Belgia bisa berjaya di Inggris.

"Pemain-pemain yang ada sekarang punya mutu bagus, sebuah kelompok sangat berbakat yang dikumpulkan sejak usia muda," kata Mirallas.

Meski demikian, Belgia belum memenangi apa pun. Diasumsikan Belgia akan lolos ke Brasil, maka Belgia akan hadir sebagai sebuah tim dengan harga transfer tertinggi ketiga setelah Brasil dan Portugal.

Kebanyakan transfer itu datang dari Premier League, dengan pengecualian 40 juta euro yang dikeluarkan oleh Zenit St. Petersburg untuk Axel Witsel, gelandang berusia 24 tahun.

WALLOON dan FLEMISH

Hal menarik dari generasi timnas Belgia saat ini adalah mereka merupakan produk dari perkembangan taktis dan pergeseran budaya. Mungkin ada baiknya untuk kembali ke 10 atau 12 tahun lalu.

Memasuki Millenium ke-3, sepak bola Belgia berada dalam sebuah krisis. Tim-tim yang berjaya pada era 1980-an, yang dipimpin oleh Enzo Scifo dan Franky Vercauteren, tidak ada lagi.
 
Sepak bola Belgia berada pada tahap tidak saja miskin prestasi, namun juga krisis pemain. Ketika menjadi tuan rumah Piala Eropa 2000 bersama Belanda, Belgia harus tersingkir pada babak pertama.

Saat itulah muncul nama Michel Sablon, direktur teknis timnas FA Belgia. Ia memutuskan untuk membuat sebuah cetak biru, rencana 10 tahun, yang diperlukan untuk mencetak generasi baru.

Pada 2001, kami membuat sebuah visi untuk mengembangkan pemain-pemain muda Belgia. Gerakan itu termasuk menyebarkan brosur ke klub-klub di Belgia, yang isinya adalah bagaimana caranya mengembangkan pemain.

Selain itu, diputuskan juga bahwa semua tim akan memainkan sepak bola dengan cara yang sama - mulai dari level sekolah - yaitu memakai sistem 4-3-3 bertempo tinggi dan fleksibel. Setiap pemain juga harus mengerti perannya di dalam tim sejak usia dini.

Kadar sukses pembinaan itu, menurut Sablon, bisa dilihat dengan menggandanya jumlah pemain top yang berkompetisi di negara lain. Pada masa lalu, hanya ada empat atau lima orang. Sekarang berlipat ganda, kata Sablon.

Untuk sebuah negara dengan jumlah penduduk hanya kira-kira 11 juta orang, untuk bisa memproduksi bakat-bakat seperti itu, sistem kepelatihan pastilah telah berbuat yang benar. Namun, karena sebuah tim hebat tidak terbentuk melalui brosur dan sistem, maka ada hal lain yang ikut membentuk grup pemain itu.

Pada 2007, sebuah tim junior yang diperkuat Eden Hazard dan Christian Benteke mencapai semifinal Piala Eropa U-17, pertama kalinya dalam sejarah Belgia.

Tahun berikutnya, seperti yang dijelaskan Fellaini, sebuah grup yang sedikit lebih tua - termasuk dirinya dan Vincent Kompany - tampil di Olimpiade Beijing. Belgia meraih posisi ke-4, setelah Argentina, Nigeria, dan Brasil.

Uniknya, orang-orang Belgia nyaris dipecah belah oleh bahasa. Separuh populasi, orang Flemish, berbicara dengan dialek Belanda; separuh lainnya, Walloon, berbicara Prancis.

Ketegangan antar kedua budaya itu bukanlah perkara yang mudah dipecahkan. Namun, pada 2007, ketika sekelompok orang Flemish memutuskan untuk membubarkan parlemen, batas antar kedua budaya itu nyaris tak terlihat.

Untuk sementara, perpecahan dalam tim nasional terlihat dari bahasa yang mereka gunakan saat jumpa pers. Vermaelen bicara ke reporter memakai bahasa Belanda, Witsel berbahasa Prancis.

Sekarang, kalau menurut Vermaelen, perbedaan hanya terjadi di masa lalu. "Sekarang kami kompak," kata Vermaelen.

Dengan latar belakang negara berbeda di dalam tim nasional Belgia, Benteke yang kelahiran Kongo menerima Kompany yang keturunan Kongo dan latar belakang Maroko milik Fellaini.

"Hebatnya, setiap orang di Belgia kini mendukung kami dan itu tidak selalu terjadi," kata Vermaelen.

Ada sebuah angket untuk kedua komunitas penduduk Belgia itu, yang dilakukan sejak 1973. Hasilnya orang-orang Walloon selalu merasa menjadi orang Belgia, sementara Flemish tidak.

VINCENT KOMPANY

Perubahan besar terjadi pada 1986, setelah Belgia mencapai semifinal Piala Dunia. Ketika itu ada tambahan 15 persen orang Flemish yang menyatakan diri sebagai orang Belgia. Aneh ya?
Kesimpulannya kalau tim nasional Belgia berprestasi, maka prestasi itu akan membantu menyatukan negara: menerima kekuatan perbedaan dalam negara mereka.

Menurut Steven Martens, sekjen FA Belgia saat ini, menyatakan bahwa tim nasional Belgia adalah simbol persatuan. Pemain-pemain yang berasal dari berbagai latar belakang negara membuat perbedaan dua komunitas tersebut menjadi sepele.

Pemimpin di antara gerombolan anggota timnas Belgia saat ini adalah Kompany. Kalau dilihat dari cara bicara Fellaini, Vermaelen, dan Mirallas, terdapat kesan bahwa Kompany bukan hanya satu orang melainkan banyak orang.

Kompany bisa berbicara dalam lima bahasa dan saat ini sedang berusaha meraih gelar master dalam bisnis. Di lapangan, ia mirip-mirip dengan penampilan Michael Jordan, pemain bola basket legendaris AS.

"Kompany menyatukan Flemish dan Walloon. Itu sudah masuk kategori politik," kata Marc Wilmots, pelatih Belgia saat ini.

Banyak pemain Belgia yang terlahir dari keluarga sepak bola. Ayah Lukaku adalah pemain Zaire era 1980-an, ayah Fellaini adalah kiper di Maroko. Namun yang paling bagus adalah Hazard. Ibu dan ayah Hazard adalah pemain sepak bola. Bahkan Eden sudah merasakan sepak bola sejak ia berada dalam kandungan - ibunya terus bermain sepak bola hingga usia kandungannya tiga bulan.

Konon, Hazard pernah direkomendasi Zinedine Zidane untuk direkrut Real Madrid. Meski demikian, Hazard memilih untuk menetap di Chelsea, dengan gaji 170 ribu pound per pekan. Awalnya, ia adalah bagian dari master plan eks pelatih Chelsea, Andre Villas Boaz: membeli sebanyak mungkin pemain Belgia.

Hazard bertemu rekan-rekan Belgia-nya di luar sepak bola. Bersama Benteke, Hazard pernah terpikir untuk membuka restoran masakan Belgia di London. Ia sangat kehilangan makanan Belgia di Inggris.

Lalu, apakah penampilan gemilang Belgia selama kualifikasi Piala Dunia akan berlanjut di Brasil?

"Itu impian yang sangat indah, kami punya kesempatan yang sama dengan peserta yang lain. Namun, kami harus lolos terlebih dahulu ke Brasil," kata Hazard.

By the way, Belgia kini berada di urutan ke-6 peringkat FIFA.

DIAN SAVITRI | MINGGUAN BOLA | 10-16 OKTOBER 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini