Langsung ke konten utama

Piala, Moyes dan Wajah Baru MU

Reaksi pertama yang muncul sangat tenang. Tidak terlihat meledak-ledak untuk sebuah gol yang jelas sangat penting untuk kariernya yang baru. Sesaat setelah pertandingan berakhir, ia mengangkat piala pertamanya sepanjang karier kepelatihannya, Piala Community Shield 2013. Pria itu adalah David Moyes, manajer baru Manchester United. 

Sebelum pertandingan final, melawan jawara Piala FA tahun lalu, Wigan Athletic di Stadion Wembley Minggu (12/08), MU dibawah Moyes mengalami fase buruk pada laga pra-musim. Melakukan tur pra-musim ke beberapa negara di Benua Asia dan Benua Amerika, MU hanya meraih hasil 2 menang, 2 imbang dan 3 kekalahan. Rangkaian hasil tersebut tentu membuat Moyes diragukan kemampuannya dalam menangani tim sebesar Manchester United. Tetapi, semua keraguan itu berhasil ia tepis, setelah mempersembahkan trofi pertamanya untuk Manchester United dan pertama pula untuk karirnya.

David Moyes mengangkat Trofi pertamanya bagi MU, Community Shield

Semua keraguan terhadap Moyes memang wajar. Moyes didatangkan dari tim menengah Inggris, Everton. Pria Skotlandia ini menggantikan manajer legendaris MU, Sir Alex Ferguson. Meski keduanya berasal dari negara yang sama, Skotlandia, namun keduanya berbeda dalam segi prestasi. Di satu sisi SAF telah mendapatkan segalanya, 13 gelar Barclays Premier League, 5 gelar Piala FA, dan 2 gelar Liga Champions Eropa. Itu belum termasuk gelar yang didapatkan di ajang Piala Liga, Piala Dunia Antarklub, dan yang baru saja dimenangi Moyes, Piala Community Shield. Sedangkan Moyes baru mendapatkan trofi pertamanya di ajang Community Shield. Sebelumnya ia belum pernah mendapatkan gelar sekalipun.

Menggantikan posisi seorang manajer yang telah mendapatkan banyak gelar, tentu bukanlah perkara mudah. Nama besar Sir Alex Ferguson tentu masih teringat jelas di para manajemen, pemain, hingga fans. Jelas sangat sulit untuk lepas dari bayang-bayang pelatih yang telah menangani klub itu selama hampir 27 tahun itu. Moyes yang ditawarkan kontrak enam tahun masih mempunyai PR banyak dan banyak tantangan.

PELATIH BARU

Semua tentu mengerti, apabila ingin berhasil di tempat yang baru didatangi, orang itu perlu beradaptasi. Faktor adaptasi inilah yang mesti dialami Moyes di MU. Mendapatkan tim yang sangat berbeda dari berbagai sisi dari klub sebelumnya, Everton, jelas sebuah tantangan. Skuat MU kali ini masih dianggap "peninggalan" dari Sir Alex. Kerangka tim yang bertumpu pada campuran pemain muda dan senior menjadi yang utama di tubuh setan merah.

Para pemain senior seperti Robin Van Persie (30), Patrice Evra (30), Michael Carrick (31), Rio Ferdinand (32) harus mau menuntun para juniornya macam Danny Welbeck, Shinji Kagawa, Phil Jones. Apabila Moyes mampu mempadukan gap antargenerasi itu maka jelas akan tercipta tim yang solid. Para senior memberikan pengalaman bertanding, sedangkan para yunior memberikan tenaga ekstra di setiap pertandingan.

Jose Mourinho mengangkat trofi gelar EPL

Selain dari dalam tim, tentu pengaruh ada juga dari luar. Kembalinya pelatih eksentrik, Jose Mourinho ke Chelsea jelas menjadi ancaman serius bagi musim pertama Moyes. Jelas masih teringat kala The Special One (julukan Mourinho) mengungguli dominasi Sir Alex 2 kali beruntun jawara BPL di tahun 2005/2006 - 2006/2007. Dan trofi lainnya, seperti diajang piala FA, piala Liga (Carling Cup), dan Community Shield. Mou pun berhasil mendapatkan 68% kemenangan selama berkarir di Chelsea (medio 2004-2007). Ia melewati pencapaian SAF yang hanya memperoleh 65% kemenangan.

Mourinho yang baru saja kembali, jelas bukan Mou yang dahulu. Setelah hengkang dari Chelsea pada 2007, ia mengadu nasib di Inter Milan selama 2 tahun. Di Inter ia mendapatkan 2 scudetto, 1 coppa Italia, dan 1 Piala Liga Champions. Bahkan di tahun keduanya bersama Inter, ia mendapatkan treble winners (juara di tiga ajang pada tahun kompetisi yang sama). Prestasi ini menjadikan Inter sebagai klub Italia pertama yang berhasil mendapatkan Treble Winner.

Pada musim 2010-2011 ia menerima pinangan raksasa Spanyol, Real Madrid. Diisi tim megabintang seperti pemain terbaik dunia 2008 Cristiano Ronaldo dan pemain terbaik dunia 2007 Kaka, Mou mendapatkan gelar Copa Del Rey di musim pertamanya, Runner Up di Liga BBVA dan berhenti di semifinal Liga Champions. Musim keduanya ia memperoleh Jawara Liga BBVA, gagal di Copa Del Rey, dan semifinal Liga Champions. Di musim ketiganya ia hampa gelar dan kembali ke Chelsea.

Arsene Wenger bersama Arsenal meraih gelar EPL pada 2004

Jelas? Mou sudah sangat pasti mengancam karir Moyes di MU. Hanya Mou? Tidak. Masih ada Arsene Wenger di Arsenal. Pria Perancis ini menjadi pelatih paling senior di Liga Inggris. Ia berhasil meraih jawara liga BPL pada 1997 dan 2004. Namun hingga kini ia selalu hampa gelar. Timnya sudah kosong gelar sejak 9 tahun lamanya! Ini jelas membangkitkan semangat anak asuhnya untuk mengakhiri penderitaan nirgelar mereka. Momentumnya jelas, Sir Alex telah pergi.

HARMONISASI KLUB

Skuat MU kali ini masih jelas merupakan peninggalan SAF. Sampai tulisan ini saya buat, Moyes hanya baru menambahkan Wilfried Saha di skuatnya. Saha merupakan pemain muda yang musim lalu bersinar di masa peminjamannya di Crystal Palace. Ia berhasil membawa klub itu promosi ke EPL musim ini.
Pemuda Inggris yang masih berusia 20 tahun itu banyak digadang-gadang sebagai "C. Ronaldo baru". Masih teringat jelas, tepat 10 tahun yang lalu saat Sir Alex merekrut pemuda Portugal yang digadang-gadang akan melewati pencapaian para legenda MU - setidaknya kini sudah terbukti - ia adalah Cristiano Ronaldo. Ronaldo datang saat usianya masih 18 tahun dan mengalami peningkatan performa yang pesat dibawah asuhan Fergie. Selama berkarir di Old Trafford, ia  telah mendapatkan gelar BPL, Piala FA, Piala Carling, Liga Champions, dan Community Shield. Semua telah ia rasakan. Nah, kini apakah Saha akan meneruskan pencapaian Ronaldo itu?


Selain harapan yang tinggi pada Saha, ada juga harapan yang dibebankan pada Wayne Rooney. Striker 26 tahun itu dikabarkan ingin hengkan dari MU. Jelas apabila itu terjadi, merupakan pukulan telak bagi MU, terutama Moyes. Rooney merupakan striker produktif dan bermasa depan cerah yang pernah dimiliki Negeri Ratu Elizabeth itu. Musim lalu ia memang hanya menyarangkan 22 gol di semua ajang MU. Tetapi di musim sebelumnya ia berhasil menyarangkan 37 gol dalam satu musim.

Kabar terus berhembus. Rooney pun dikabarkan tidak betah. Namun, ketakutan Moyes sepertinya agak menghilang. Setelah di laga melawan Wigan, ia sama sekali tidak mencantumkan nama Wayne Rooney di daftar skuat utama maupun cadangan. Hasilnya? Dua gol berhasil dilesakkan oleh striker lainnya, Robin Van Persie ke gawang Wigan. Hal ini semakin menyudutkan peran Rooney di ujung tombak MU.

Analisis tinggallah analisis. Begitu juga rumor-rumor yang berkembang. Semua kembali pada Moyes sendiri. Ditangan Moyes lah ia dapat mengalahkan manajer "super" Mourinho dan Wenger. Di ketenangannya pula lah ia dapat meredam emosionalitas Rooney - meski belum pasti bertahan - dan kejeliannya dalam meramu strategi yang tepat bagi skuat MU.

Alex Ferguson saat pertama kali diperkenalkan sebagai manajer MU pada 1986

Semua kini banyak berubah di ajang sepak bola. Jelas berbeda saat Fergie pertama kali datang. Ia masih diberi kesabaran hingga tiga tahun untuk mendapatkan trofi pertamanya. Untungnya Moyes tidak perlu menunggu sampai tiga tahun untuk mendapatkan trofi pertamanya. Kita akan melihat "tingkat" kesabaran kelurga Glazer - pemilik MU - apabila Moyes gagal dalam musim pertamanya. 

Kita akan lihat seperti apa "muka" asli manajemen MU, Sabar atau Ambisius yang tak masuk akal? Waktu dan kemampuan Moyeslah yang akan mejawab.

Dimas Yanuar L | Kebumen, 13 Agustus 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini