Langsung ke konten utama

Tanda-tanda Kemunduran dan Kejumudan Barca

fcbarcelona.com
 
BARCELONA - Selasa malam lalu atau kemarin dinihari, Real Madrid tampil di stadion kebanggaan Barcelona, Camp Nou, dan mengalahkan tuan rumah 3-1 di Piala Raja Spanyol. Kemenangan ini sekaligus menggagalkan impian Barca untuk tampil di final kejuaraan itu. Barca secara mengejutkan kalah oleh AC Milan dalam pertemuan pertama babak 16 besar Liga Champions. Namun kekalahan itu menjadi satu kehebohan.

Pasalnya, sejak mantan pelatih Barcelona, Pep Guardiola, menangani klub raksasa itu pada 2008, Barca selalu mendominasi partai akbar El Clasico. Kemenangan melawan musuh besar dan bebuyutan, Real Madrid, dalam partai-partai derby sebelumnya berhasil menegaskan status Barca sebagai klub sepak bola terbaik di dunia. Tapi, sekarang semua kejayaan itu tampaknya akan berakhir. Satu demi satu personel teras mulai pergi. Ada prediksi, Barca ibarat hanya tinggal menunggu waktu--cepat atau lambat--untuk karam dan harus mulai dari bawah lagi untuk membina kekuatan.

Guardiola sudah hengkang dan bakal menangani Bayern Muenchen musim depan. Ia juga dikabarkan menggunakan mata-mata yang dipakainya selama menangani Barca buat menggaet mantan anak asuhannya di sana pindah ke Muenchen musim depan.

Setelah era kepemimpinan pelatih asal Belanda, Frank Rijkaard, di Barca, baru Pep sampai saat ini yang dianggap sebagai orang yang paling berpengaruh buat menjaga kualitas permainan Barca. Sosoknya sama dengan Jose Mourinho, yang kemarin dinihari memimpin Madrid menjungkalkan anak-anak Catalan itu. Barca butuh lebih dari sekadar pelatih yang mumpuni dalam teknik, dan sekarang sosok itu belum ada.

Lionel Messi--yang diyakini sebagai pemain sepak bola terhebat di muka bumi--tampak seperti mulai menua pada usianya yang masih tergolong muda. Aktor-aktor utama Barca lainnya, seperti Xavi, Andres Iniesta, Carles Puyol, dan Gerard Pique, juga ibarat mulai mengalami pengapuran. Mereka kesusahan melakukan gerakan-gerakan untuk membongkar kemampatan alur permainan Barca. Mereka terkesan kehilangan ide-ide segar buat mengubah keadaan.

"Dalam sepak bola, Anda tidak selalu bisa mengontrol semua hal yang terjadi di lapangan. Ada satu kesalahan dalam pertandingan ini, dan Madrid adalah satu tim terbaik dalam mematahkan serangan lawan, dan kemudian secepatnya melakukan serangan balik" kata asisten pelatih Barca, Jordi Roura.

Mereka, Roura melanjutkan, sudah mencoba mengantisipasinya. "Tapi kami kehabisan ide dan kehilangan efektivitas," katanya. Di semifinal Piala Raja Spanyol yang pertama, ia menilai kualitas permainan kedua tim seimbang ketika skor seri 1-1. "Tapi kali ini mereka superior."

Dengan perolehan nilai mereka saat ini dan adanya tingkat kesenjangan kualitas dengan klub-klub lokal lainnya, kecuali Real Madrid, Barca seharusnya memenangi La Liga musim ini. Tapi, untuk kejuaraan lain dan arena kompetisi yang lebih tinggi, Barca membutuhkan penyegaran. Hal itu terutama karena pola permainan mereka yang selama ini dijalankan sudah banyak dibaca oleh lawan-lawannya. Mereka punya pemain muda, kecepatan, kekuatan sebagai sebuah tim dengan disiplin tinggi, dan pemain dengan tingkat mobilitas yang tinggi di semua posisi. Namun pola permainannya sudah mampu dibaca oleh lawan-lawannya.

Pekan lalu, dalam pertandingan Liga Champions melawan tuan rumah AC Milan, misalnya, Barcelona menguasai bola sebanyak 72 persen. Tapi, di babak kedua, mereka kebobolan dua kali sampai akhirnya kalah 0-2. Mourinho ketika menangani Inter Milan juga sukses menyingkirkan Barca di Liga Champions dengan membiarkan anak-anak Catalan itu lebih banyak menguasai bola, tapi tak mampu menembus ketatnya lini pertahanan Inter.

Barca juga tidak kunjung tertarik untuk memperbaiki sistem pertahanannya. Pemain karismatik Carles Puyol sudah tua dan belum ada penggantinya. Barca sebenarnya punya pemain selain Lionel Messi yang bisa meliuk-liuk, memotong pergerakan untuk masuk ke tengah pertahanan lawan, dan mencetak gol, yaitu David Villa. Tapi pemain Spanyol itu sudah langganan cedera dan menampakkan tanda-tanda untuk hengkang. Dulu ada Thierry Henry, tapi ia sudah menikmati masa mendekati pensiun di Liga Sepak Bola Amerika.

Selain itu, Messi kini sudah lebih banyak berperan sebagai penyerang tengah. Ia hampir tidak pernah tidak mencetak gol dalam setiap pertandingan yang dijalaninya selama tahun lalu. Tak ada pemain Barca lain yang bisa menyamai produktivitasnya. Tapi hal itu mengandung bahaya besar. Barca terlalu bergantung pada Messi. Apalagi ketika ia bermain sebagai penyerang tengah. Lawan lebih mudah menghadang umpan-umpan silang yang ditujukan kepada pemain Argentina ini karena ia relatif bertubuh pendek, sekitar 170 sentimeter.

Messi yang terbaik di dunia, tapi Cristiano Ronaldo hampir selalu mencetak gol setiap kali membela Real Madrid menghadapi Barca. Mungkin Barca akan bersyukur kalau nantinya benar Ronaldo bakal balik lagi ke Manchester. Tapi, jika Madrid kemudian mampu menggaet bintang Tottenham Hotspur, Gareth Bale, anak-anak Catalan itu bisa kerepotan lagi. Pemain musuh yang memiliki kecepatan lari sangat kencang dengan daya kejut seperti pelari jarak pendek atau sprinter dan mampu mencetak gol dengan baik saat melakukan sprint ternyata sangat mengancam Barca.

Mantan playmaker Tottenham, Luka Modric, sudah ada di Bernabeu, meski belum bisa beradaptasi dengan baik. Jika Bale jadi bergabung dengan Madrid, keduanya bisa menjadi pemain andalan Madrid dalam melakukan fast break atau serangan balik yang cepat dan mematikan begitu mereka mampu merebut bola dari kaki anak-anak Barca. 

DEADSPIN.COM | INDEPENDENT | GUARDIAN | PRASETYO

Komentar

Postingan populer dari blog ini