Langsung ke konten utama

Kisah Petualangan Sherlock Holmes




Judul Buku : Sherlock Holmes Best of The Best Story
Penulis : Sir Arthur Conan Doyle
Penyunting : Daru Wijayanti
Perancang Sampul : Ardhie
Cetakan : Pertama, 2012
Tebal : 667 halaman

Kisah Sherlock Holmes memang selalu seru untuk dinanti. Kisah Detektif jenius yang hidup di pertengahan tahun 1881-1904 ini selalu memberikan kesan yang dalam bagi para pembacanya. Penulisnya, Sir Arthur Conan Doyle, bahkan telah membuat kisah Sherlock Holmes pada tahun 1930 an. Cerita yang tidak mudah ditebak ending-nya hingga proses observasi, analisis, dan penyimpulan mengesankan dari Holmes.
Sherlock Holmes merupakan kisah Detektif yang mengambil setting waktu pada jaman Victoria di Inggris. Dalam petualangannya memecahkan kasus-kasus serius hingga kasus yang dianggap sepele, Holmes dibantu oleh rekannya Dokter Watson. Seperti kisah superhero, selain ada tokoh protagonis, pasti juga ada tokoh antagonis. Bagi yang belum mengetahui siapa lawan setara Sherlock Holmes adalah Profesor Moriarty.
Buku ini berisi 19 kumpulan kisah penyelidikan Sherlock Holmes. Ke-19 cerita tersebut terdiri dari kisah yang komplek. Mulai dari kemampuan Holmes dalam mencegah tindak kejahatan hingga ia harus merasakan “kekalahan” karena kliennya mesti tewas terlebih dahulu sebelum Holmes memecahkan kasusnya. Bahkan di kisah Skandal di Bohemia, analisis Holmes dikalahkan oleh seorang wanita!
Holmes digambarkan sebagai sosok yang senang menyendiri oleh kawannya, Dr. Watson. Asal usul keluarga Holmes juga tidak pernah diketahui – tepatnya diceritakan – secara jelas. Watson bahkan menganggapnya sebagai sebuah “fenomena terisolasi, sebuah otak tanpa hati, tidak sempurna dalam hal simpati sementara sangat sempurna dalam hal kecerdasan” (halaman 357).
Tetapi dalam kisah The Greek Interpreter dan The Final Problem, akhirnya muncul salah satu kerabat Holmes. Yakni saudara laki-laki yang terpaut tujuh tahun yang bernama Mycroft Holmes. Sir Arthur menggambarkan Mycroft sebagai sosok yang memiliki kemampuan analisis dan observasi setara dengan Holmes, namun Mycroft tidak memiliki kemauan memecahkan misteri seperti Sherlock Holmes.
Cerita-cerita dalam buku ini dapat dibaca secara tidak urut sesuai judul. Namun, penyusun buku ini tetap sadar terhadap aspek penting sebuah cerita. Setidaknya hal ini terlihat bagaimana penyusun buku ini menempatkan kasus The Greek Interpreter (halaman 356) dan The Final Problem (halaman 454) secara berturutan karena munculnya tokoh Mycroft ini. Apabila membaca terlebih dahulu The Final Problem maka sosok Mycroft sedikit akan membingungkan.
Unsur menarik dari kisah Sherlock Holmes adalah ketika dia menangani suatu kasus secara detail. Sosok Holmes digambarkan sebagai sosok yang cerdas. Holmes selalu memperhatikan setiap detail yang ada. Prinsipnya adalah “sering kali, kesenangan paling besar diperoleh dari manifestasi-manifestasi yang paling tidak penting dan paling rendah” (halaman 218). Holmes bahkan pada kasus Sekolah Biara. Holmes dapat membedakan jejak ban sepeda yang dipakai pengendaranya. “Ini adalah jejak ban Dunlop, dengan sebuah tumpalan di bagian luarnya, sedangkan yang kita cari adalah merk Palmer, yang memiliki garis longitudinal” (halaman 642).
Kemampuan lain yang dimiliki Holmes adalah kemampuan menyamar. Bahkan Watson perlu 2-3 kali untuk menyadari bahwa sosok yang dihadapannya adalah Holmes. Holmes bukan semata-mata mengubah kostum, roman wajah, tingkah lakunya, karena jiwanya selalu tampak berubah sesuai dengan peran yang dimainkannya (halaman 26).
Buku ini juga menyisipkan duel antara Holmes dan musuhnya Profesor Moriarty. Keduanya bertemu di kisah “The Final Problem” (halaman 454). Saat itu dikisahkan Moriarty datang sendiri langsung ke tempat Holmes di Baker Street 221b. Pada akhirnya kisah tersebut ditentukan pula nasib Holmes dan Moriarty yang keduanya jatuh dari sebuah air terjun.
Kisah-kisah dalam buku ini memang dipilih secara tepat oleh penyusunnya. Kasus yang ada didalamnya termasuk lengkap. Mulai dari kasus skandal, persekongkolan, pencurian, hingga pembunuhan. Tetapi alasan memilih jumlah 19 cerita terbaik tidak ditemukan dalam buku ini. Penyusun seolah menerka-nerka mana saja yang layak dijual. Meskipun saya pribadi yakin seluruh kisah Sherlock Holmes pantas dijual dengan harga tinggi.
Beberapa bagian dalam buku ini juga masih terdapat kekurangan. Terutama dalam kesalahan penulisan kata dan halaman. Kesalahan halaman dapat ditemukan pada kasus Pengendara Yang Kesepian. Pada halaman daftar isi tertulis halaman 550, namun setelah dicari, judul tersebut berada di halaman 558. Kesalahan penulisan juga ditemukan di beberapa halaman, seperti pada halaman 590 yang tertulis tahun 1984. Tidak mungkin jaman Victoria di Inggris berada pada tahun 80an, maka mungkin yang dimaksud adalah tahun 1894. Selain itu penggunaan kertas buram semestinya sudah ketinggalan jaman karena saat ini banyak buku sudah menggunakan kertas yang berkualitas lebih baik. Sehingga pembaca dapat memperoleh “imbalan” yang sepadan setelah mengeluarkan uang Rp. 75.000.
Buku ini memang masih memiliki kekurangan, namun tetap dapat dinikmati. Short story dari kumpulan kisah-kisah ini dapat mengisi waktu luang Anda. Pembaca juga dapat memilih kisah yang ingin dibaca terlebih dahulu. Pada sisi judul, juga ditulis dengan menarik dan selalu mengundang tanya, seperti judul “Lima Biji Buah Jeruk”, “Pita Berbintik”, dan “Pengendara Sepeda yang Kesepian”. Walaupun judulnya seperti itu, namun ending kisahnya tidak pernah diduga.
Selamat menikmati maha karya dari Sir Arthur Conan Doyle ini. Anda akan serasa dibawa kembali ke jaman pertengahan Inggris, dimana orang-orang masing menggunakan kereta kuda untuk sarana transportasi utama.

Komentar

Posting Komentar

Komentar Anda merupakan sumber saya menuju tulisan yang lebih baik.

Postingan populer dari blog ini