Langsung ke konten utama

Angsa yang Bermahkota Piala

Para pemain Swansea City merayakan kemenangan di Final Piala Capital One 2012/2013

LONDON - Gara-gara Jonathan De Guzman dilanggar di kotak penalti pada menit ke-58, wasit Kevin Friend memberi Swansea hadiah tendangan 12 pas. Lalu, drama pun muncul di depan puluhan ribu penonton: Nathan Dyer berebut bola dengan De Guzman.

De Guzman akan mengambil penalti itu. Namun Dyer, yang sudah mencetak dua gol, juga ingin mengeksekusi tendangan penalti tersebut. "Ini kesempatan yang jarang-jarang. Saya ingin membuat hat trick di Wembley," katanya.

Dyer ogah mengalah. Sampai-sampai pemain lain, seperti Michu dan Wayne Routledge, menenangkannya. Keputusan tak berubah. De Guzman, yang menyepak bola, berhasil menaklukkan gawang. Dyer hanya cemberut.

Pelatih Swansea akhirnya buka suara. "Ini salah saya. Kami tak pernah mendapatkan hadiah penalti sebelumnya. Ini yang pertama kami dapatkan. Seharusnya saya menunjuk siapa yang akan menjadi algojo," katanya.

Pertandingan final Piala Liga antara Swansea dan Bradford-klub divisi IV, sang pembunuh Wigan, Arsenal, dan Aston Villa-kemudian berakhir dengan skor 5-0. Dua gol dari Dyer dan De Guzman serta gol dari Michu mengantarkan mereka menjadi juara.

Kemenangan ini merupakan yang terbesar dalam sejarah final Piala Liga. Sebelumnya, hal tersebut terjadi pada 2006, saat Manchester United mengalahkan Wigan. Jauh sebelum itu, saat final ini dilakukan dalam pertandingan tandang-kandang pada 1962, Norwich menang 4-0 atas Rochdale.

Dyer pun akhirnya tersenyum. Seusai pertandingan, dia dinobatkan sebagai pemain terbaik dalam pertandingan itu. "Seharusnya saya yang menendang penalti. Mengecewakan, memang," katanya. "Namun hasil akhir membuat saya melupakan semua itu. Kami semua bergembira."

Happy ending. Semua berakhir dengan kegembiraan. Setelah seabad menunggu, Swansea pun mengangkat piala. Mereka pun memiliki jatah untuk bertarung di Liga Europa musim depan. "Ini adalah trofi yang sangat penting buat saya," kata pelatih Michael Laudrup.

Laudrup, yang berkali-kali menjadi juara saat menjadi pemain dan menjadi juara di Denmark bersama Brondby, menganggap pencapaian Swansea sungguh istimewa karena mereka hanyalah tim kecil. "Anda bisa menjadi juara bersama tim besar. Klub yang lebih kecil sangat jarang bisa mencapai final."

Swansea hanyalah klub kecil. Mereka berdiri seabad yang lalu. Prestasi paling hebat mereka terjadi pada musim 1981, yakni saat sampai di divisi I, dalam tatanan Liga Inggris masa lalu. Namun, pada 2001, klub ini dinyatakan bangkrut.

Sejak saat itu mereka memulai lagi dari awal. Pada 2005, mereka masuk ke League One atau divisi III Liga Inggris. Hingga akhirnya mereka bisa sampai di Liga Primer, dua tahun lalu.

Debut Swansea pun tidak buruk. Mereka tetap bertahan di Liga Primer. Pelatih mereka, Brendan Rodgers, kemudian dipinang Liverpool. Beberapa pemain pun ikut hengkang. Namun Laudrup, yang menggantikan Rodgers, memoles klub ini menjadi lebih mengkilap.

Dengan pemain yang tidak terkenal, Laudrup memimpin skuadnya. Liverpool dan Chelsea mereka sikat dalam kompetisi ini. Ujung-ujungnya, Ahad lalu mereka membuat sejarah: mengangkat trofi Piala Liga untuk pertama kalinya.

"Ini adalah yang kami mimpikan sejak kanak-kanak. Mimpi yang menjadi kenyataan memenangi pertandingan final di Wembley," kata pemain Swansea, Ashley Williams. 

BBC | DAILYMAIL | GUARDIAN | IRFAN

Komentar

Postingan populer dari blog ini