Langsung ke konten utama

Pujian Berlebihan Bisa seperti Gula



Sebelum meninggalkan London, Inggris, Minggu (4/11), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjelaskan semua kegiatan yang dilakukannya bersama anggota delegasi selama di Inggris tiga hari tiga malam. Penjelasannya disampaikan sistematis, runtut, dengan bahasa seorang intelektual. Setelah ia bicara para wartawan diberi kesempatan bertanya atau menyampaikan usul atau pendapat.

Kali ini wartawan yang bicara adalah Primus Dorimulu (Suara Pembaruan), Aro Kamal Rokan (Jurnal Nasional), “seorang wartawati yang tak mau disebutkan namanya”, serta seorang “wartawan yang tidak dikenal dan tidak mau disebut namanya”. Mereka tidak bertanya, tetapi menyampaikan pendapat, harapan, doa, dan canda.

Asro, antara lain, mengharapkan apa yang dilakukan Yudhoyono saat ini bisa dilanjutkan presiden mendatang. “Betapa malangnya bangsa ini bila presiden mendatang tidak dapat melanjutkan keberhasilan saat ini,” ujar Asro.

Wartawati jelita yang tidak mau disebut namanya mengatakan, saat ini Indonesia bisa “melit” dunia yang sedang berubah. Apa yang dikatakan “sang wartawati” ini tidak lagnsung bisa dimengerti hadirin. Hadirin saling tanya satu sama lain, termasuk Ny Ani Yudhoyono yang bertanya kepada Ny S Mary Natalegawa. “Apa itu artinya melit?” Beberapa orang yang hadir menduga “melit” itu semacam sakit perut yang rasanya melilit-lilit.

Rupanya Yudhoyono menangkap apa yang dikatakan “wartawati yang tidak mau disebut namanya” itu. Kata “melit” itu ternyata adalah dua kata, dari bahasa Inggris dan Indonesia yang dijadikan satu, yaitu dari awalan “me” digabung dengan kata “lead” atau “to lead”, artinya memimpin. Gabungan dua kata itu dalam ejaan Indonesia menjadi melit.

Hadirin pun terbahak-bahak. “Sebenarnya saya tidak ingin bertanya atau berkomentar dalam jumpa pers ini, tapi karena “wartawan tidak dikenal itu” bicara, saya jadi ingin urun rembuk,” ujar wartawati yang tidak mau disebutkan namanya.

Yudhoyono, antara lain, mengatakan, apa yang dikatakan Asro adalah sebuah doa dan semoga Allah SWT mendengar doa itu. “Kita semua tentu berharap presiden mendatang setelah SBYakan jauh lebih baik,” kata Yudhoyono.

Yudhoyono juga berharap agar bangsa Indonesia saat ini bisa memilih pemimpin yang sungguh-sungguh dikehendaki rakyat banyak. “Kita harus pandai-pandai membedakan antara suara banyak orang yang benar-benar suara rakyat banyak dan suara sebagian dari kelompok tertentu,” ujarnya.

Soal Kritik
Mengenai tulisan para wartawan tentang aktivitasnya, Yudhoyono mengatakan, “Kalau ditulis semuanya serba baik ini menunjukkan ada sesuatu yang tidak betul atau tidak beres.” Menurut Yudhoyono, tulisan dengan kritik kepada pemerintah memang dibutuhkan, tetapi tentu juga menunjukkan hal baik atau hasil  atau prestasi yang telah dicapai pemerintah.

Cukup menarik apa yang dikatakan Yudhoyono di London. Itu artinya memperlihatkan kalau Yudhoyono adalah “manusia” bukan malaikat. Ia bisa bersalah, maka dibutuhkan koreksi dari orang lain. Tulisan-tulisan atau buku-buku tentang Yudhoyono yang isinya hanya pujian melulu akan bisa menjadi seperti “gula”, bila kebanyakan bisa membuat diabetes.

Selamat pagi kepada London yang sedang musim gugur dengan dedaunan berserakan dimana-mana.

SISI LAIN ISTANA | HARIAN KOMPAS, 6 NOVEMBER 2012 | J OSDAR, dari LONDON

Komentar

Postingan populer dari blog ini