George Steinmetz/Corbis
Fenomena penyurutan air di Laut Mati kini kembali terulang setelah 200.000 tahun silam.
Penelitian terkini yang dilakukan oleh Tel Aviv University dan Hebrew University menemukan fakta permukaan air laut di Laut Mati telah menurun sebanyak ratusan meter sejak 200.000 tahun silam.
Dalam melakukan penelitian, team tersebut menggali sebanyak 460 meter dari dari dasar laut dan mengekstraksi sedimen yang berusia 200.000 tahun. Material yang ditemukan mengungkapkan kondisi di Laut Mati pada masa lalu. Hal ini dapat memberikan prediksi yang akan terjadi di masa mendatang. Lapisan garam yang berkumpul di Laut Mati menunjukkan terjadinya beberapa periode kekeringan.
Lapisan garam menandai beberapa periode kekeringan dan curah hujan yang sangat sedikit, menyebabkan air surut dan garam menumpul di bagian tengah Laut Mati.
Selama periode interglasial terakhir, sekitar 120.000 tahun yang lalu, laut nyaris mengering sepenuhnya. Hal yang sama terjadi pada 13.000 tahun yang lalu di mana Laut Mati hampir mengering seluruhnya. Sekarang, permukaan Laut Mati berada 426 meter di bawah permukaan laut lainnya dan masih terus berkurang.
Menurut Ben-Avraham dari Minerva Dead Sea Research Center TAU dan Mordechai Stein dari Geological Survey of Israel, yang memimpin penelitian, dahulu kala Laut Mati berubah-ubah karena perubahan iklim, sekarang dikarenakan aktivitas manusia. "Apa yang kita lihat sekarang di Timur Tengah adalah hal yang mirip, namun sekarang terjadi karena perilaku manusia," papar Ben.
Ia menyatakan bahwa air yang menuju Laut Mati telah digunakan untuk irigasi sebelum mencapai Laut Mati itu sendiri, hal inilah yang menyebabkan Laut Mati tidak terisi ulang.
(Dimas Y. Langgeng / Sumber: NGI)
Fenomena penyurutan air di Laut Mati kini kembali terulang setelah 200.000 tahun silam.
Penelitian terkini yang dilakukan oleh Tel Aviv University dan Hebrew University menemukan fakta permukaan air laut di Laut Mati telah menurun sebanyak ratusan meter sejak 200.000 tahun silam.
Dalam melakukan penelitian, team tersebut menggali sebanyak 460 meter dari dari dasar laut dan mengekstraksi sedimen yang berusia 200.000 tahun. Material yang ditemukan mengungkapkan kondisi di Laut Mati pada masa lalu. Hal ini dapat memberikan prediksi yang akan terjadi di masa mendatang. Lapisan garam yang berkumpul di Laut Mati menunjukkan terjadinya beberapa periode kekeringan.
Lapisan garam menandai beberapa periode kekeringan dan curah hujan yang sangat sedikit, menyebabkan air surut dan garam menumpul di bagian tengah Laut Mati.
Selama periode interglasial terakhir, sekitar 120.000 tahun yang lalu, laut nyaris mengering sepenuhnya. Hal yang sama terjadi pada 13.000 tahun yang lalu di mana Laut Mati hampir mengering seluruhnya. Sekarang, permukaan Laut Mati berada 426 meter di bawah permukaan laut lainnya dan masih terus berkurang.
Menurut Ben-Avraham dari Minerva Dead Sea Research Center TAU dan Mordechai Stein dari Geological Survey of Israel, yang memimpin penelitian, dahulu kala Laut Mati berubah-ubah karena perubahan iklim, sekarang dikarenakan aktivitas manusia. "Apa yang kita lihat sekarang di Timur Tengah adalah hal yang mirip, namun sekarang terjadi karena perilaku manusia," papar Ben.
Ia menyatakan bahwa air yang menuju Laut Mati telah digunakan untuk irigasi sebelum mencapai Laut Mati itu sendiri, hal inilah yang menyebabkan Laut Mati tidak terisi ulang.
(Dimas Y. Langgeng / Sumber: NGI)
Komentar
Posting Komentar
Komentar Anda merupakan sumber saya menuju tulisan yang lebih baik.